Kamis, 29 September 2022

Noken Papua Tetapkan Warisan Kepada UNESCO

Noken Papua ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 2021. Karenanya, generasi muda sekarang harus terus diajarkan untuk melestarikannya.

“Untuk itu sangat penting diajarkan kepada generasi muda agar terus dilestarikan,” ujar pengurus Sanggar Seni Rey May, Aser Mokai, di Sekolah Alam Hirosi Papua di Jalan Baru Kemiri, kompleks Wisata Alam CPA Hirosi, Sentani, Kabupaten Jayapura, Kamis (30/9/2022).

Terlebih, lanjutnya, noken memiliki nilai artistik yang dapat dijadikan oleh-oleh khas guna mendukung sektor pariwisata sekaligus dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat Papua.

“Noken memiliki fungsi sangat beragam dalam kehidupan dan kebudayaan Papua, seperti simbol kesuburan dan kemakmuran, simbol persatuan dan integritas, simbol stratifikasi sosial, dan simbol kedewasaan,” ujarnya.

Sebab itu, lanjutnya, noken sangatlah penting untuk dipertahankan dan dikembangkan khususnya kepada siswa-siswi di SMP Negeri 2 Jayapura sebagai generasi muda yang sangat antusias belajar noken.

“Noken hanya dikerjakan mama mama, kalau tidak diturunkan ke generasi baru maka noken akan hilang, karena setiap empat tahun sekali pemerintah Indonesia melaporkan ke UNESCO, karena tidak ada regenerasi yang melestarikan maka pasti dicabut,” ujarnya.

Terkait kunjungan tim presisi SMP Negeri 2 Jayapura di sanggar seni budaya Reymay, diakuinya sangat baik memberikan apresiasi karena datang tidak hanya belajar, namun memahami nilai-nilai noken, arti, filosofi.

“Kami memberikan informasi kepada generasi milenial ini khususnya siswa-siswi SMPN 2 Jayapura ini, bahwa noken yang berasal dari bahan dasar dari kulit kayu dan akar pohon yang harus dilestarikan,” ujarnya.

Dijelaskannya, noken Papua memiliki beberapa nama seperti inoxom dari suku Biak, rowa dari wilayah Saireri seperti Serui, Waropen, bitoagia (noken emas) dari Meepago seperti Nabire dan sekitarnya, noken bekanggeng dari Sentani, dan noken esse dari wilayah adat Animha seperti Asmat, Merauke, dan sekitarnya.

“Bahan yang dipakai seperti kulit kayu dari genemo dan mahkota dewa, bitoagia dari Meepago untuk melapisi rajutan noken dengan anggrek, wilayah Animha atau noken esse memakai bahan dasar dari daun sagu muda,” jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar