Rabu, 21 Desember 2022

Sampai Saat Ini Ada 18 Kasus Penikaman Terhadap Tukang Ojek di Nabire

Ketua Divisi Buruh Lembaga Bantuan Hukum Talenta Keadilan Papua, Mais Imbiri selaku Ketua Perkumpulan Tukang Ojek Nabire mencatat sepanjang 2022 ada 18 kasus penikaman terhadap tukang ojek di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah. Kasus itu terjadi sejak Januari 2022 hingga Senin (19/12/2022).

Menurut Imbiri, kasus penyerangan ke-18 dialami tukang ojek bernama Abdullah pada Senin sekitar pukul 10.45 WP. Abdullah ditikam dari belakang oleh penumpangnya di Jalan Kampung Harapan, Kelurahan Karang Tumaritis.

Abdullah mengalami luka tikam pada bagian belakang. Ia akhirnya meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nabire pada Senin sore.

Menurut Imbiri, sepanjang Desember 2022 telah terjadi tiga kasus penikaman tukang ojek di Nabire. “Sejumlah dua orang meninggal dunia karena penikaman itu. Modusnya sama, mereka ditikam dari belakang. Satu pengojek yang ditikam selamat, namun pelaku melarikan motor milik pengojek,” kata Imbiri di Nabire, Rabu (21/12/2022).

Menurut Imbiri, Orang Asli Papua maupun non-Papua yang menjadi tukang ojek sama-sama terancam oleh kasus penikaman. Dari 18 kasus penikaman yang terjadi pada 2022, baru dua kasus yang telah diproses secara hukum sehingga pelakunya diadili. “Kami meminta polisi bertindak tegas, agar pengojek merasa ada keadilan dan mendapatkan kenyamanan untuk menafkahi keluarga,” kata Imbiri.

Imbiri mempertanyakan mengapa sampai tukang ojek selalu menjadi sasaran pelaku kekerasan, menjadi korban perundungan, pemukulan, penikaman, bahkan pembunuhan. “Padahal kami membantu Mama-mama mengangkut jualan dari kebun ke pasar, dari pasar kami antar langsung ke depan rumah. Di Nabire tidak ada angkutan umum yang masuk ke lorong [tempat tinggal] kami, hanya ojek saja yang bisa masuk. Hal itu harus dimengerti oleh warga agar tidak menyerang tukang ojek,” katanya.

Imbiri mengatakan berbagai kasus kekerasan yang dialami tukang ojek di Nabire membuat mereka resah dan trauma. Penyerangan terhadap tukang ojek juga bisa berkembang menjadi konflik horisontal. “Sayang kejadian [seperti] itu terjadi pada bulan Desember, di mana setiap orang menyiapkan diri untuk perayaan Natal,” katanya.

Imbiri mendorong tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh pemuda ikut mengimbau agar semua pihak menjaga keselamatan tukang ojek. “Hal itu penting agar untuk mengantisipasi konflik yang terjadi,” katanya.

Imbiri juga menginginkan Pemerintah Kabupaten Nabire, Pemerintah Provinsi Papua Tengah, dan pemerintah pusat mengambil langkah konkret untuk melindungi pengojek di Nabire. “Kami meminta polisi aktif melakukan pengawasan dan patroli untuk mengurangi risiko bagi tukang ojek di Nabire,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar