Kamis, 01 Desember 2022

KNPB Konsulat Wilayah Gorontalo Gelar Ibadah 1 Desember

Komite Nasional Papua Barat atau KNPB Konsulat Wilayah Gorontalo menggelar ibadah untuk memperingati peristiwa pengibaran bendera Bintang Kejora di Holandia pada 1 Desember 1961 sebagai peringatan hari kemerdekaan Papua ke-61. Peringatan 1 Desember itu berlangsung di Asrama Cendrawasih IX Manado, Sulawesi Utara.

Hal itu dinyatakan Ketua Komite Nasional Papua Barat atau KNPB Konsulat Wilayah Gorontalo, Etipur Wenda pada Kamis. Ibadah 1 Desember itu diikuti para mahasiswa asal Papua dan aktivis di Gorontalo, Kota Manado, dan daerah sekitarnya.

Ibadah 1 Desember yang dipimpin Anas Kudiai itu berlangsung dengan aman. Dalam ibadah itu, Kudiai mengurai ayat Alkitab, Yohanes 14:6. “Mari kita berjuang, bangkitkan, dan stabilkan, karena Tuhan adalah pembela kebenaran kepada orang lemah yang sedang di intimidasi,” katanya.

Ibadah itu dilanjutkan dengan pemotongan kue ulang tahun ke-61 bangsa West Papua. Usai pemotongan kue, Etipur Wenda menyampaikan pandangannya tentang sejarah perjuangan kemerdekaan Papua Barat. “Sejarah adalah petunjuk bagi kami, generasi sekarang, untuk selamatkan alam dan manusia Papua. Kami sebagai generasi muda harus memahami sejarah bangsa Papua,” katanya.

Wenda mengatakan ibadah itu digelar dengan tema merajut kesatuan menuju pembebasan bangsa Papua. “Kami sebagai generasi muda akan melanjutkan perjuangan yang telah diwariskan oleh para pendahulu kami, yang telah mempertaruhkan hidup mereka untuk berjuang menuju pembebasan,” katanya.

Wenda berpesan kepada generasi muda Papua untuk memperingati hari besar sejarah bangsa Papua, termasuk peristiwa pengibaran bendera Bintang Kejora di Holandia pada 1 Desember 1961 yang menjadi simbol kemerdekaan bangsa West Papua. “Penting ada aksi dari Orang asli Papua. Kita juga harus ora et labora, berdoa sambil bekerja menuju kemerdekaan bangsa Papua,” tandasnya.

Ketua Dewan Pimpinan Cabang Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua di Indonesia (AMPTPI) Kota Mando, Fredt Enombere menyatakan generasi milenial sebagai revolusioner harus berpolitik secara rasional. Ia menyatakan perjuangan bangsa Papua Barat untuk meraih kemerdekaan telah diketahui dunia.

“Dalam perjuangan, kita butuh ide, gagasan yang konstruktif. Perjuangan butuh kesehatan. Masalah perjuangan bangsa Papua nyata dan diketahui oleh dunia saat ini, di era digital ini,” katanya.

Ketua Liga Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (LMID) Manado, Among mengatakan, selama 61 tahun nasib bangsa Papua dicaplok oleh Indonesia. Ia menyoroti kondisi Orang Asli Papua selama 61 tahun terakhir yang tidak sejahtera, bahkan hidup dalam pengungsian karena konflik Papua yang berkepanjangan.

“Kondisi ekonomi yang tak produktif, kesehatan tidak memadai. Buktinya masyarakat Papua yang sedang berada dalam pengungsian di hutan rimba, di mana-mana di Tanah Papua,” katanya.

Among berharap generasi muda Papua Barat bersatu melawan penindasan kepada semua rakyat Indonesia, khususnya bangsa Papua. “Mari kita bersatu membawa perubahan dalam organisasi untuk selamatkan bangsa West Papua,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar