![]() |
Google.com |
Jaman sekarang memang sudah tidak seperti jaman dulu, jaman ini sangat sedikit perwira yang memiliki kriteria seperti tapa praja yang memiliki sifat pengendalian diri di antara banyaknya godaan di tengah-tengah khalayak ramai dan bukan di tempat yang sepi. karena sifat tapa praja ini utamanya harus dimiliki oleh abdi negara.
Namun meski
sudah sangat sedikit bukan berarti sudah tidak ada perwira yang memiliki sifat
tapa praja tersebut. Jenderal L.B. Moerdani adalah salah satu dari sedikit
perwira yang memiliki sifat tapa praja, hal tersebut didapat dari penuturan
yang sudah pernah dituturkan oleh Teddy Rusdy.
Bukti bahwa
Jenderal L.B. Moerdani yang memiliki sifat tanpa praja bisa dibuktikan dengan
pada saat itu di awal tahun 1977 Pemerintah Indonesia mendapatkan laporan dari
Duta Besar Indonesia di Singapura, Hertasning, dan Menteri Luar Negeri Adam Malik
terkait dengan adanya sejumlah deposito di Bank Sumitomo Singapura atas nama H.
Ahmad Thahir.
Dengan itu
Presiden Soeharto memerintahkan Mayjen L.B. Moerdani, Asisten Intelijen HANKAM
untuk menarik uang deposito hasil korupsi tersebut dari Bank Sumitomo,
Singapura, dan diserahkan kepada pemerintah Indonesia.
Almarhum H.
Ahmad Thahir sendiri adalah asisten khusus presiden direktur Pertamina, yang
banyak terlibat dalam negosiasi pembangunan pabrik Krakatau Steel di Cilegon,
Banten. Dirinya diduga terlibat menerima komisi dari kontraktor pembangunan
Krakatau Steel, yakni perusahaan-perusahaan Jerman Siemens dan Klockner.
Untuk
mengusut kasus tersebut sampai tuntas Tim Kepres No. 9 tahun 1977 membentuk tim
kerja yang terdiri dari Letnan Kolonel Teddy Rusdy, Suhadibroto, Dicky Tunner,
dan Albert Hasibuan, S.H.
Sebagai
seorang Intelijen, Teddy Rusdy sudah mengadakan estimasi dan
perhitungan-perhitungan, menyadari kedudukan dan sikap pemerintah Singapura
yang akan menempatkan negaranya sebagai negara yang "aman" untuk
menaruh uang dan sebagai negara yang menjadi pusat kegiatan lalu lintas
keuangan di Asia Tenggara.
Untuk bisa
memenangkan kasus tersebut pastinya pemerintah Indonesia dan posisi Pertamina
akan menghadapi banyak tantangan untuk bisa membawa deposito hasil korupsi ke
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar