![]() |
Google.com |
Pada era Presiden Soekarno, persepsi ancaman nekolim telah membuat persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia semakin kukuh, bahkan “mampu melupakan” kesulitan ekonomi dalam negeri. Ancaman nekolim adalah musuh dari perkembangan politik dalam negeri dan persepsi.
Hal itu
membuat AKABRI Angkatan 1965 dan 1966 rela makan bulgur karena langkanya beras
tanpa mengeluh. Kini Indonesia menempati posisi istimewa di hadapan
negara-negara anggota ASEAN lainnya pada 1974-an.
Di bawah
kepimpinan Presiden Seoharto hal ini mampu menghancurkan gerakan Komunis secara
tuntas. Sementara itu, di mata Komunitas Intelijen Indonesia Singapura,
Malaysia, Thailand, dan Filipina sebagai anggota ASEAN dianggap sebagai “bumper”
(penghalang/penghadang) dari ancaman komunis yang datang dari utara.
Maka dari
itu, Teddy Rusdy mengharapkan negara-negara ASEAN harus kuat agar ancam Komunis
tidak tembus ke Indonesia. Kerja sama bilateral intelijen secara berkala dengan
negara-negara ASEAN menjadi lebih intensif lagi.
Walapun
hanya sebatas kerja sama bilateral, pimpinan komunitas intelijen pada saat itu
sangat cerdas dalam menggali bentuk kerja sama. ASEAN akan ditempatkan menjadi
suatu pakta militer karena bentuk kerja sama yang lebih besar dan mengikat
beberapa negara.
Hal itu tak boleh terjadi, karena pemerintah Indonesia menentang adanya suatu pakta militer. Namun, pada saat yang sama di kawasan Dingapura dan Malaysia yang terikat perjanjian Five Power Defense Arrangements (FPDA) dengan negara-negara asal Amerika Serikat, Inggris, dan Australia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar