Kepala Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III Jayapura, Sarlota Haay SH MH mengatakan jumlah terpidana yang menjalani masa hukuman di lembaga pemasyarakatan atau lapas khusus perempuan itu telah melebihi kapasitas. Lembaga pemasyarakatan atau lapas perempuan yang berada di Arso, ibu kota Kabupaten Keerom, Papua, itu sedang merencanakan blok hunian baru berkapasitas 100 orang.
Hal itu dinyatakan Haay di Arso, Sabtu (18/6/2022). Haay
menyampaikan lapas perempuan hanya memiliki satu blok hunian yang hanya mampu
menampung 24 warga binaan. Sedangkan warga binaan saat ini sudah mencapai 54
orang. Artinya ada kelebihan 20 orang.
“[Jumlah warga binaan yang menjalani hukuman di] lapas perempuan sudah melebihi kapasitas. Kami hanya punya satu blok hunian dan satu
gedung workshop atau pelatihan,” katanya.
Haay menyatakan sebagian terpidana di Lapas Perempuan
Jayapura kini menempati workshop, karena tidak tertampung di blok hunian.
“Layaklah kami membelikan mereka kasur [untuk menempati workshop]. Kami
sekarang program penambahan untuk blok hunian [dengan kapasitas] 100 orang,”
ujarnya.
Haay mengatakan 54 warga binaan terjerat beragam kejahatan,
seperti kasus narkotika, kriminal umum dan tindak pidana korupsi. Ia mengatakan
setiap terpidana di Lapas Perempuan Jayapura menjalani pembinaan kepribadian
dan pembinaan kemandirian.
Menurut Haay, pembinaan kemandirian lebih fokus pada
kunjungan kasih, pelayanan-pelayanan dari gereja-gereja bekerja sama dengan
Kementerian Agama Kabupaten Keerom. Sedangkan, pembinaan kemandirian lebih
berfokus kepada peningkatan keterampilan warga binaan dengan membuat kegiatan
menjahit, pelatihan membuat barang kerajinan seperti noken, atau membuat
keripik pisan.
“Kalau [pembinaan] kemandirian, [kami] bekerjasama dengan
Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Keerom, sudah berjalan dua tahun,” katanya.
Haay menyampaikan barang kerajinan buatan warga binaan itu
ditawarkan kepada para pengunjung yang datang ke Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas III Jayapura. Produk makanan seperti pisang dipasarkan
melalui kerja sama dengan pihak ketiga
seperti Bank Mandiri maupun Bank Syariah Mandiri.
Haay mengatakan sebagian hasil penjualan barang buatan warga
binaan disetor ke kas negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan
sebagian lainnya digunakan untuk membantu pelaku usaka kecil dan menengah yang
ada di sekitar Kabupaten Keerom.
“Tahun ini kami berbagi dengan mama-mama yang minuman,
[kami] membelikan blender untuk mereka. [Bantuan seperti] itu biasanya
dilakukan saat hari besar memperingati kemerdekaan dan hari permasyarakatan,”
ujarnya.
Haay berharap warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas III Jayapura nantinya dapat kembali ke masyarakat dan menggunakan
berbagai keterampilan yang dipelajari saat menjalani hukuman. Jika masyarakat
mau menerima warga binaan yang telah menyelesaikan hukuman mereka dengan tangan
terbuka, Haay yakin para warga binaan tidak akan mengulangi kejahatan mereka.
Oleh karena itu, Haay berharap masyarakat tidak memberikan
stigma kepada warga binaan yang telah menyelesaikan masa hukumannya. Warga
binaan yang telah menyelesaikan hukuman itu justru membutuhkan dukungan dari
masyarakat agar mampu bangkit dan menjadi orang yang bertanggung jawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar