Tampilkan postingan dengan label Solo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Solo. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 06 Agustus 2022

Hebat! Mahda Aulia Jadi Penyumbang Medali Terbanyak saat NPCI Papua

Pemanah National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Papua, Mahda Aulia, menjadi salah satu penyumbang medali terbanyak untuk kontingen Indonesia di ajang ASEAN Para Games (APG) Solo, hingga hari kelima, Kamis (4/8/22). Mahda sukses menyumbangkan tiga medali buat Indonesia, yakni satu medali emas dan dua medali perak.

Di kelas ganda putri recurve, Mahda Aulia yang berpasangan dengan dengan Wahyu Retno Wulandari sukses menyumbangkan medali emas, setelah memberi kemenangan untuk Indonesia. Pasangan ini menundukkan wakil Thailand Phattharaphon Pattawaeo/Tpat Chatyotsakorn dengan skor akhir 6-0 (34-32, 32-26, 27-19).

Sayangnya mimpi besarnya untuk meraih tiga emas dalam kejuaraan ini gagal tercapai. Hal ini karena dua final lainnya berakhir dengan kekalahan. Mahda Aulia harus puas sebagai runner-up dengan meraih medali perak.

Itu diraihnya di kelas recurve individu putri, setelah kalah di partai final dari Phattharaphon Pattawaeo asal Thailand 2-6 (23-19, 20-26, 14-24, 22-27).

Di final ganda campuran recurve, Mahda yang berpasangan dengan Kholidin juga belum bisa memberi kejutan. Pasangan ini kalah 3-5 (31-31, 38-32, 31-34, 32-36) dari wakil Thailand Hanreuchai Netairi dan Phattharaphon Pattawaeo.

Meski hanya bisa merebut dua perak dan satu emas, Mahda Aulia tetap bersyukur atas semua pencapaian pribadinya, dan tentu saja dengan tim Indonesia di kejuaraan ini.

“Tetap perlu disyukuri, sudah rezekinya. Terimakasih juga buat support semua pihak, dari teman, pelatih, dan tentunya masyarakat yang mendukung perjuangan kami di kejuaraan ini,” kata Mahda seperti dikutip dari laman resmi APG2022.

APG 2022 ini ternyata jadi ajang internasional perdana buat Mahda. Hal ini lantaran dia baru menggeluti dunia panahan sejak 2019 lalu, setelah bapak angkatnya mulai menempa dirinya. Kejuaraan yang sempat dijalankan adalah Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) di Papua. Dia sukses meraih tiga emas di kejuaraan ini.

“Saya baru 17 tahun dan masuk pelatnas juga baru ini. Ini debut internasional saya. Tentu senang bisa dapat medali. Senior di sini baik-baik banget. Dan lawan terberat selama lomba tentu ada pada diri saya sendiri, tapi tentu Thailand juga berat untuk dikalahkan,” tuturnya.

Setelah ASEAN Para Games 2022, Indonesia akan terjun di ajang APG 2023 Kamboja, lalu Asian Para Games 2023 di Tiongkok, dan Paralimpiade 2024 di Paris. Mahda belum bisa bicara banyak soal target ke depannya seperti apa.

“Saja jalani saja, seperti apa ke depannya,” tuturnya.

Pada ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVI tahun 2021 lalu, Mahda Aulia sukses mempersembahkan tiga medali emas untuk kontingen NPCI Papua. Berkat prestasinya itu, ia bisa menembus skuad tim nasional NPC Indonesia di ajang APG ke-11 Solo.

Jumat, 05 Agustus 2022

Gokil! Akhirnya NPCI Papua Lampaui Target di ASEAN Para Games ke-11 di Solo

National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Papua akhirnya berhasil memenuhi bahkan melampaui target yang mereka bidik pada ASEAN Para Games ke-11 di Solo, Jawa Tengah. Hingga hari kelima, Kamis (4/8/22), atlet-atlet NPCI Papua sudah menggondol enam keping medali emas.

Sebelum ajang multievent olahraga ini digelar, Ketua Umum NPCI Papua, H. Jayakusuma, mengatakan jika pihaknya memprediksikan lima medali emas bisa dibawa pulang.

“Kita prediksi medali yang bisa diraih saya berhitung ada lima medali emas, syukur-syukur bisa lebih. Mudah-mudahan bisa terwujud dan dipenuhi itu. Kita berharap mudah-mudahan semua atlet NPC Papua ini bisa berjuang maksimal. Kita juga sudah bertemu dengan pengurus dan menyampaikan untuk memberikan mereka spirit,” kata Jayakusuma.

Target lima medali emas itu akhirnya bisa dilampaui, di mana sampai hari kelima pertandingan di ASEAN Para Games ini, atlet-atlet NPCI Papua berhasil menyumbangkan enam medali emas.

Medali emas pertama dipersembahkan Marinus Yowei dan Menaser Numberi dari cabor renang nomor 4×100 meter medley relay putra. Dari cabor atletik, Dapiel Bayage sukses menyumbangkan medali emas lompat tinggi dan Maria Wilil juga memetik medali emas lempar lembing.

Dari panahan, Mahda Aulia juga berhasil menyumbangkan satu medali emas dari nomor beregu recurve. Dua medali emas menyusul dari Hana Resty di cabor tenis meja. Tak hanya memperoleh enam medali emas, atlet-atlet NPCI Papua juga sudah menyabet tujuh medali perak dan tujuh medali perunggu hingga hari kelima ASEAN Para Games Solo.

Mereka masih berpotensi menambah pundi-pundi medali emas dari cabang olahraga renang, atletik, tenis lapangan kursi roda, dan sepak bola CP.

“Kita bersyukur atlet kita sudah meraih enam medali emas. Terima kasih untuk para atlet yang sudah berjuang dan mempersembahkan prestasi. Kita berharap di nomor-nomor yang tersisa masih ada medali emas lagi yang bisa diraih oleh atlet kita,” kata Jayakusuma.

Pada ASEAN Games Solo kali ini, NPCI Papua mengirimkan 19 atletnya untuk memperkuat kontingen NPC Indonesia, di antaranya Hana Resti dan Ida Yanni (Tenis Meja), Dapiel Bayage dan Maria Wilil (Atletik), Menaser Numberi, Marinus Melianus Jowei, Marlanda Oropa (Renang), Rexus Ohee (Boccia), Efi Yikwa (Sepak bola Cerebral Palsy), Agus Fitriadi, Daryoko, Ndaru Patma Putri, Siti Hanna Komala Sari (Tenis Lapangan Kursi Roda), Mahda Aulia (Panahan), Yunia Winarni (Bulutangkis), Nurul Fadilah, Novia Larasati, Junaedi (Judo Tuna Netra), dan Alfrets Dien (catur)

Selasa, 31 Mei 2022

Yuk! Intip Kisah Kesya Si Atlet Peraih Emas Peparnas

Seorang remaja berusia 15 tahun bernama Kesya Patricia Akwan kini tengah duduk di bangku kelas satu di Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1 Manokwari. Saat teman-temannya aktif dalam pendidikan dan masuk ke sekolah. Kesya malah meminta izin untuk berangkat ke Solo, Jawa Tengah. Kenapa? Karena namanya berhasil masuk ke dalam daftar atlet yang dipanggil oleh National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) untuk mengikuti Puslantas.

Kesya merupakan atlet pemula berkebutuhan khusus yang baru ditempa sekitar setahun lalu, dipersiapkan menghadapi Peparnas di Papua. Pekan ini ia dipanggil mengikuti Latihan Nasional (Puslatnas) sejak 2 Januari hingga 23 Juli 2022, sebagai persiapan multievent Asean Para Games yang diselenggarakan di Kota Solo tahun ini.

Ia dipanggil
melalui surat dengan Nomor 179.PMG.05/NPC-INA/2022 perihal panggilan atlet ke Puslatnas per tanggal 13 Mei 2022, yang ditujukan kepada Ketua NPCI Papua Barat, tembusan ke Gubernur dan Kepala Dispora Papua Barat.

“Ia surat itu kami terima akhir pekan yang lalu, berbentuk PDF, untuk pemanggilan atlet. Mewakili Papua Barat, saya dan teman Felix Silau Mahuse yang juga dari Cabang Atletik,” katanya.

Mita Pengurus NPC Pusat membenarkan pemanggilan dua atlet asal Papua Barat untuk bergabung di Puslatnas di Solo guna menghadapai Asean Para Games.

“Ada dua atlet yang kami panggil yaitu Kesya dan Felix. Mereka dalam perjalanan ke Solo,” kata kepada Jubi melalui pesan singkat Whatsapp Minggu (30/5/2022).

Pelatih Felix Mahuse membenarkan surat undangan pemanggilan atlet. Ia mengaku saat ini Felix belum berangkat ke Solo karena terbentur anggaran.

“Benar kami sudah dapat surat dari Solo, tetapi saya beberapa kali hubungi para pengurus NPCI Papua Barat untuk mengkonfirmasi keberangkatan ke Puslatnas tetapi tidak ada yang respon. Saya hanya mau tanya si atlet ini jadi diberangkatkan atau tidak,” ujar Kristianus Balagase, kepada Jubi melalui sambungan telepon Minggu.

Menurutnya, pemberangkatan atlet ini merupakan tanggung jawab Pemerintah Papua Barat, sedangkan saat ini atletnya berada di Merauke, Provinsi Papua. “Pemanggilan atlet tapi kami terbentur anggaran, atlet hingga saat ini masih di kampungnya di Merauke,” tuturnya.

Kesya akhirnya berangkat bersama seorang pendamping, Ruth Helen Waropui melalui Bandara Rendani tujuan Surabaya sekira pukul 09.00 WP, Sabtu (28/5/2022).

“Kita berangkat ke Surabaya nanti naik Travel dari Surabaya ke Solo, saya didampingi Kakak Ruth” ucapnya.

Orang tua Kesya, Puji Astuti Olivia (48), adalah seorang ibu tunggal yang merawat anak-anaknya sendirian. Ia harus memutar otak, memastikan putrinya memenuhi panggilan ke Solo usai menerima surat pada Selasa, (17/5/2022).

“Kami berusaha mencari pinjaman dan mendatangi beberapa orang yang kami kenal, meminta bantuan, sebab pikir saya panggilan ke Solo ini bukan mewakili daerah, tetapi anak Kesya menjadi bagian yang akan membawa nama Negara Indonesia di ajang olahraga Asean Para Games,” tutur Astuti Olivia.

“Beberapa hari yang lalu kami datangi Penjabat Gubernur, menyampaikan maksud ini, beliau sudah menjanjikan namun karena deadline waktu yang diberikan oleh Pusat agar Kesya harus tiba sebelum hari Minggu,” tuturnya.

Olivia kemudian lega setelah mendapat bantuan dari beberapa individu yang ia datangi selama kurun waktu satu pekan.

“Puji Tuhan, ada beberapa orang yang dengan baik hati membantu setelah kita kumpulkan lalu kita beli dua tiket satu untuk Kesya dan pendampingnya Ruth bersama bayinya ke Puslatnas,” ucapnya.

Kesya dipanggil dari Papua Barat untuk Pemusatan Latihan jelang Asean Para Games bukan tanpa alasan. Prestasi yang ditorehkan saat di ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) Papua saat itu, ia mampu menyumbang satu emas di cabang atletik.

Papua Barat di ajang Peparnas berhasil mendulang 7 medali emas 9 medali perak dan 8 medali perunggu. Bahkan dua atlet yang juga turut diundang di Puslatnas.

“Dari 34 Provinsi kami (Papua Barat) ada di papan atas,” ucap Ketua MPCI Papua Barat, Lewi Rubaba.

Felix Mahuse dalam ajang Peparnas Papua, berhasil memecahkan Rekor meraih medali Emas Lempar Lembing, kemudian meraih Medali Perak di Nomor Tolak Peluru.

Rubaba mengatakan setelah mendapat undangan bahwa tiga nama atletnya diminta untuk mengikuti Pustlatnas di Solo. Pihaknya lalu berupaya mengajukan anggaran ke Pemerintah Papua Barat.

“Saat undangan kami terima pada [17 Mei] kami lalu mengajukan anggaran kebutuhan ke Pemerintah untuk keberangkatan para atlet ini, tapi sampai saat ini belum ada jawaban dari Pemerintah,” tutur Rubaba.

Padahal anggaran yang diusulkan ke Pemerintah sekitar Rp110 Juta untuk keberangkatan tiga atlet dan tiga pendamping. “Tapi sampai saat ini belum ada jawaban,” tuturnya.

Prestasi yang ditorehkan atlet berkebutuhan khusus di ajang Peparnas terbilang membanggakan bagi Papua Barat. Sebelum menuju Papua para atlet telah dijanjikan oleh Gubernur soal bonus yang akan mereka terima ketika meraih prestasi.

“Waktu itu di bandara saat Gubernur melepas atlet Peparnas asal Papua Barat ke Papua, ia berjanji akan memberi bonus,” kata Rubaba.

Namun keringat para atlet di ajang Peparnas Papua telah kering, hasil pun telah dicapai bahkan kini beberapa atlet telah dipanggil untuk kepentingan Negara namun bonus yang dijanjikan pun belum kunjung diberikan.

“Hingga saat ini belum diberikan, tetapi yang saya dengar Pemerintah mengusulkan anggaran untuk bonus atlet saat [anggaran] perubahan,” katanya.

Senada dengan Rubaba, Kesya pun mengaku bahwa sejak kembali dari Papua hingga ia menuju Puslatnas di Solo, bonus yang dijanjikan Pemerintah bagi atlet peraih prestasi belum diterima.

“Saya belum terima Bonus yang dijanjikan,” ucapnya.