Senin, 31 Oktober 2022

Exco PSSI Dukung Kongres Luar Biasa Dipercepat

Executive Committee (Exco) PSSI memberikan dukungan untuk percepatan pelaksanaan Kongres Biasa pemilihan melalui mekanisme Kongres Luar Biasa (KLB) sesuai tahapan organisasi.

Hal ini merupakan keputusan dalam Exco emergency meeting yang dihadiri oleh 12 anggota Exco, Jumat (28/10/22) malam lalu di Kantor PSSI, Jakarta.

Dalam keterangan persnya yang dimuat pada laman resmi PSSI.org, Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan mengatakan, sesuai bunyi pasal 34 ayat 2 statuta PSSI tentang Kongres Luar Biasa, seharusnya sekurang kurangnya 2/3 dari delegasi (voter) yang mewakili anggota PSSI mengajukan permintaan secara tertulis, maka Exco PSSI akan memulai tahapan verifikasi untuk kemudian melaksanakan Kongres Luar Biasa dalam jangka waktu selambatnya 3 bulan setelah proses verifikasi selesai.

“Namun Exco PSSI memutuskan mempercepat kongres luar biasa pemilihan dengan memperhatikan surat yang dikirim oleh dua anggotanya, dikarenakan Exco PSSI tidak ingin terjadi perpecahan di antara para anggotanya dan karena exco PSSI adalah mandataris yang dipilih oleh delegasi (voters) yang mewakili anggota PSSI. Tahapan kongres luar biasa akan kami mulai dari berkirim surat pemberitahuan kepada FIFA berisi usulan kongres,” kata Ketum yang akrab disapa Iwan Bule itu.

“Surat pemberitahuan kepada FIFA tersebut akan kami sebar luaskan kepada rekan-rekan media pada hari Senin, 31 Oktober 2022. Kami berharap keputusan ini dapat menjadi pertimbangan bagi para pemangku kepentingan kiranya dapat membantu diputarnya kembali kompetisi liga 1, liga 2, dan liga 3 yang selama ini menjadi nafas dan marwah sepakbola di Tanah Air,” tambahnya.

Selain itu, ia juga mengatakan pada rapat Exco tersebut juga meminta PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) seusai proses hukum yang dialami Direktur Utama PT LIB, Akhmad Hadian Lukita.

Sebelumnya, Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Papua belum mau mendukung digelarnya Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI seperti yang direkomendasikan oleh Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Kanjuruhan.

Menurut Wakil Ketua Umum Asprov PSSI Papua, Rocky Bebena, pelaksanaan KLB PSSI saat ini dirasa belum tepat. Pasalnya, kompetisi Liga 1, Liga 2 dan Liga 3 sudah berjalan, namun belum ada kepastian kapan akan kembali dilanjutkan pasca tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang.

“Kita belum berpikir ke arah KLB karena kita kan lagi sementara jalankan kompetisi jadi di tengah situasi seperti ini kalau jadi dilaksanakan kan akan menghentikan semua proses,” kata Rocky.

Rocky menyebut, kalau KLB jadi digelar, itu akan memakan waktu yang tak sebentar, karena harus melewati beberapa tahapan.

“Soal urgensi kan kembali ke voter, kalau kita bilang tidak tapi yang lain iya kan belum tentu semua sama suaranya. Hampir 75 suara, kalau satu voter bilang tidak dan 74 voter bilang iya, mau bagaimana. Jangankan 74 suara yang bilang iya, 2 per 3 suara saja itu sudah bisa,” ujarnya.

“Tapi kan tahapannya tidak langsung hari itu juga. Karena ada tiga bulan lagi, harus ada dibentuk lagi komite pemilihannya, komite banding pemilihannya, tahapan itu harus dilalui dulu. Dan tidak serta merta juga bisa merubah langsung. Ada proses pencalonan, pendaftaran dan agak panjang. Kalau sekarang dilakukan yah paling Maret baru bisa jadi. Ini kompetisi terkatung-katung siapa yang nantinya akan bertanggung jawab,” pungkasnya.

1 Anak yang Dianiaya prajurit TNI AD di Keerom Masih Belum Bisa Makan

 

Salah satu korban penganiayaan yang diduga dilakukan prajurit TNI di Keerom, Rahmat Paisei (14) hingga kini belum bisa makan. Keluarga Rahmat Paisei menuntut prajurit TNI yang melakukan penganiayaan dan penyiksaan terhadap Rahmat dan dua temannya diproses hukum.

Rahmat Paisei bersama Bastian Bate (13) dan Laurents Kaung (11) dianiayai di Pos Satuan Tugas (Satgas) Damai Cartenz, Jalan Maleo, Kampung Yuwanain, Arso II, Distrik Arso, Kabupaten Keerom pada Kamis (27/10/2022). Ketiga anak itu dianiaya menggunakan rantai, gulungan kawat, dan selang air, dan penganiayaan itu baru berhenti setelah Polisi Militer Komando Daerah Militer (Pomdam) XVII/Cenderawasih dari Kota Jayapura mendatangi Pos Satgas Damai Cartenz di Kampung Yuwanain.

Sejak itu, Rahmat Paisei, Bastian Bate, dan Laurents Kaung dirawat di Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey di Kota Jayapura. Ibu Rahmat Paisei, Elvi Yoku menuturkan selama empat hari perawatan di rumah sakit, Rahmat Paisei belum bisa makan. Yoku menyampaikan setiap kali diberi makan maupun air, Paisei selalu memuntahkan kembali makan dan air.

“Sampai Minggu, [dia] belum bisa makan, masih terganggu perutnya jadi belum bisa makan. Makan muntah, minum air juga muntah. Muntah sampai kantong plastik sampai penuh, minum air saja muntah,” kata Yoku kepada Jubi di Kota Jayapura, pada Minggu (30/10/2022).

Yoku menyatakan bekas luka di tubuh Paisei juga belum hilang. Sebagian bekas luka pukulan itu menghitam. Yoku menyatakan prajurit TNI AD menyiksa Paisei seperti hewan.

“Bekas lukas masih ada sebagian [bekas pukulan] yang merah-merah sudah jadi hitam. Dia dipukul dari ujung kaki sampai kepala, trada tersisa, tidak ada bagian yang kosong. Semua terluka, perutnya dipukul. Pahanya diinjak oleh tentara. Perutnya ditumbuk-tumbuk [dipukul berulang kali]. Kaki diinjak lalu leher dicekik pakai tangan lalu [perut] ditumbuk-tumbuk,” ujar Yoku.

Yoku menyatakan pihaknya telah memberikan keterangan ke Pomdam XVII/Cenderawasih. Ia juga sudah melapor ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM Papua. Yoku berharap para pelaku yang menyiksa Rahmat Paisei bersama dua temannya diproses hukum.

“Pelaku tetap harus diproses hukum. Terus untuk teman [korban], dua itu, satu sudah baik. Satu yang kepala masih sakit, tulang belakang juga masih sakit,” katanya.

Rahmat Paisei mengaku hingga saat ini belum bisa menelan makan. Ia selalu memuntahkan kembali makanan. “Iya belum bisa makan,” kata Rahmat kepada Jubi, pada Minggu.

Paisei menuturkan prajurit TNI menyeretnya dan mengikat di pohon. Para prajurit TNI AD kemudian saling bergantian menyiksanya. Paisei menyatakan para prajurit TNI AD itu melepaskan baju dan celananya, lalu melakukan penyiksaan.

“Mereka lepas tali (dari pohon) baru lepas celana kolor [saya] baru mereka hantam saja. Saya sempat melihat, banyak (tentara) yang pukul. Mereka kancing di batang leher [mencekik], baru mereka tumbuk [pukul] saya,” ujarnya.

Paisei mengaku prajurit TNI AD bahkan mengancam dengan hendak menyetrum dirinya. “Mereka ikat saya di pohon, di bawah kandang ayam. Mereka seret saya ke tempat cuci piring, baru mereka pukul. Ikat itu [tentara] robek baju dan celana. Sempat satu kali [saat tangkap] di daerah Workwana, mereka [bilang] mau menyetrum [saya],” katanya.

Kepala Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM Papua, Frits Ramandey menyatakan Komnas HAM sedang melakukan penyelidikan atas kasus penyiksaan itu. “Kami baru investigasi, jadi belum bisa berkomentar banyak, karena belum memiliki informasi yang cukup” kata Ramandey kepada Jubi, pada Sabtu (29/10/2022).

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Letkol Kav Herman Taryaman pada Senin (31/10/2022) menyatakan Pomdam XVII/Cenderawasih masih terus menyelidiki kasus penganiayaan anak di Pos Satgas Damai Cartens Kampung Yuwanain itu. Ia menyatakan Pomdam XVII/Cenderawasih sudah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan mengambil keterangan para saksi, baik orangtua korban maupun prajurit TNI AD yang diduga terlibat penganiayaan itu.

“Pomdam juga melakukan koordinasi berkelanjutan dengan pihak Satgas Damai Cartenz guna menghadirkan para saksi dalam rangka mempercepat proses hukum yang sampai saat ini terus berjalan,” kata Herman melalui pesan WhatsApp kepada Jubi di Kota Jayapura pada Senin.

Herman menegaskan penanganan kasus itu akan terus berlangsung sesuai dengan arahan Pangdam XVII/Cenderawasih. “Proses pelengkapan barang bukti yang diperlukan sedang berjalan, salah satunya melakukan visum terhadap tiga korban di Rumah Sakit Marthen Indey,” ujarnya.

Lifter Papua Bawa Pulang Lima Medali pada Kejurnas Angkat Berat di Lampung

Lifter angkat berat Papua berhasil memboyong lima medali pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) yang digelar di Pringsewu, Lampung, tanggal 23 – 29 Oktober 2022. Medali yang diraih di antaranya 4 medali perak dan 1 medali perunggu.

Ketua Harian Perkumpulan Angkat Berat (PABERSI), Yohanis Reda dalam keterangan persnya, Senin (31/10/22) mengatakan 4 medali perak dipersembahkan oleh lifter senior Papua atas nama Zakeus Wakum yang turun di kelas 120 Kg plus. Sedangkan 1 medali perunggu diraih oleh lifter putri junior kelas 57 kg atas nama Fonny Yuliana Worembay.

Kata Reda, hasil yang diraih oleh para atletnya itu akan menjadi bahan evaluasi oleh PABERSI Papua sebelum mengikuti iven berikutnya.

“Satu-satunya lifter putri junior kelas 57 kg bersaing keras dengan atlet pelatnas dan mendapatkan 1 medali perunggu atas nama Fonny Yuliana Worembay. Sedangkan di kelas 120 kg plus, lifter putra atas nama Zakeus Wakum menyabet 4 medali perak. Torehan prestasi pada Kejurnas angkat berat ini menjadi catatan evaluasi Pabersi Papua,” ungkap Reda.

Menurut Reda, khusus lifter putri junior Papua Fonny Yuliana Worembay mendapat apresiasi dari Ketua Umum Pabersi, Anna Maria yang menunjuk langsung Fonny untuk masuk tim Pelatnas, agar disertakan pada kejuaraan internasional tingkat Asia Tenggara dan Asia.

“Lifter Fonny mendapat perhatian dari Ketua Umum Pabersi ibu Anna Maria untuk diikutsertakan pada kejuaraan internasional baik di tingkat asia tenggara, asia dan dunia,” sebutnya.

Ia menambahkan dengan berakhirnya Kejurnas Angkat Berat 2022 ini, maka PABERSI Papua bakal melakukan evaluasi untuk persiapan Pra Kualifikasi Pekan Olahraga Nasional (Pra PON) XXI Aceh – Sumatera Utara (Sumut).

Kejurnas ini menjadi pengalaman berharga. Kita mendapat arahan khusus terkait persiapan lifter-lifter untuk tampil di ajang pra kualifikasi PON tahun 2023 nanti,” katanya.

Reda menambahkan, usai berakhirnya agenda Kejurnas, dilanjutkan dengan Rakernas PABERSI dengan penjadwalan Pra PON Aceh Dan Sumut 2024.

Pada Kejurnas Angkat Berat yang berlangsung 23-29 Oktober 2022 di Pringsewu, Lampung, PABERSI Papua mengirimkan 8 atlet binaannya, terdiri dari 4 Atlet Senior Putra, 3 Atlet Yunior Putra dan 1 Atlet Putri Yunior.

Sebanyak 8 atlet yang bakal berlaga di iven Kejurnas tersebut antara lain atlet senior, Daud Asaribab kelas 66 Kg, Yosua Yeninar Kelas 83 Kg, Christo Waromy kelas 93 Kg dan Zakeus Wakum di kelas 120 Kg. Atlet junior antara lain Luis Lokobal kelas 59 kg, Agus Maryen kelas 74 Kg dan Arnil Lokobal kelas 83 kg.

Minggu, 30 Oktober 2022

Pastor asal Paniai ini Dipilih sebagai Uskup di Keuskupan Jayapura

 

Pastor Reverendus Dominus Yanuarius Teofilus Matopai You, Pr dipilih Paus Fransiskus sebagai uskup Keuskupan Jayapura. Pastor Yanuarius akan menggantikan uskup Mgr. Leo Laba Ladjar OFM yang mengundurkan diri karena alasan usia.

Pengumuman resmi Vatikan ini dibacakan oleh Uskup Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM, di Gereja Katedral Jayapura sekitar pukul 19.00 WP, pada Sabtu (29/10/2022). Pastor Yanuarius menjadi orang asli Papua pertama yang menjadi uskup.

“Nuncio Apostolik menyampaikan kepada saya agar mengumumkan di Gereja lokal keuskupan ini bahwa telah mengangkat seseorang untuk menjadi Uskup Jayapura yang baru. Dia adalah orang asli Papua yaitu Pastor Reverindus Dominus Yanuarius Teofilus Matopai You,” kata Mgr. Leo Laba Ladjar OFM membacakan maklumat Paus Fransiskus.

Yanuarius You dilahirkan di Uwebutu Paniai pada 1 Januari 1961, anak kedua dari enam bersaudara dari pasangan Lukas You dan Rosalina Tatogo. Ia menempuh pendidikan formal SD YPPK St. Don Bosco Uwebutu, SMP YPPK St. Fransiskus Assisi Epouto, SPG Taruna Bakti Waena, Sekolah Tinggi Tinggi Filsafat Teologi Fajar Timur, Tahun Spritualitas dijalankan di Manado, Magister Bidang Psikologi Universitas Gadjah Mada 2007-2010, dan Doktor Bidang Antropologi Universitas Cenderawasih 2020.

Pada 16 Januari 1991, Yanuarius Teofilus Matopai You ditahbiskan menjadi pastor. Ia kemudian menjalankan tugas pastoral dengan tugas pertama sebagai Pastor Paroki Kristus Terang Dunia, Jiwika Kurulu Wamena 1991 sampai 1998. Kemudian menjadi Pastor Paroki St Wilbrodus Arso sekaligus Pastor Dekan Dekenat Kabupaten Keerom (1998-2002). Lalu melanjutkan pelayan sebagai pastor Paroki di Katedral Kristus Raja dan Vikaris Jenderal di Keuskupan Jayapura (2002-2006).

Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Teologi Katolik (STTK), Kepala Rumah Pembetukan Formasi Santo Yohanes Maria Vianney, Keuskupan Jayapura (2010-sekarang), Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan Jayapura (2015-sekarang), Ketua Pengawas Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) Santo Fransiskus Asisi, Ketua dan Dosen STFT Fajar Timur dan Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik di Waena (2020-sekarang).

Salah satu tokoh umat Katolik Papua, Markus Haluk menyatakan dipilihnya Pastor Yanuarius menjadi sejarah baru dalam gereja Katolik Papua karena untuk pertama kalinya Orang Asli Papua menjadi uskup.

“Terpilih Uskup Orang Papua merupakan doa dan harapan umat Katolik bahkan dedominasi Gereja di tanah Papua selama ini. Karena itu ketika diumumkannya Pastor Yanuarius You sebagai Uskup Jayapura secara spontan umat Katolik Keuskupan Jayapura sontak teriak histeris disertai tangis haru” kata Haluk kepada Jubi, pada Sabtu (29/10/2022) malam.

Haluk menyatakan uskup terpilih Yanuarius ini bukan sembarang orang melainkan salah satu pastor senior yang lama hidup ditengah umat dipedalaman Papua hingga di paroki kota. Menurut Haluk sosok uskup terpilih Yanuarius adalah benar-benar pastor lapangan yang kaya dengan pelangalaman pastoral.

Cerita Jhon Paisei Ditodong Pistol, Ditendang Rahangnya di Pos Damai Cartenz oleh Tentara



Jhon Paisei menceritakan peristiwa naas yang menimpa tiga remaja, Rahmat Paisei (14) anaknya, bersama dua teman yakni Bastian Bate (13) dan Laurents Kaung (11), babak belur dihajar Anggota TNI Angkatan Darat (AD) di Pos Satuan Tugas Satgas Damai Cartenz Jalan Maleo, Kampung Yuwanain, Arso II, Distrik Arso, Kabupaten Keerom pada Kamis (27/10/2022).

Tiga remaja dituduh mencuri Burung kakatua di Pos itu, para tentara [Anggota TNI AD] itu menghajar dengan rantai pengikat anjing, gulungan kawat dan selang air, itu dilakukan berulang kali sejak mereka ditahan pukul 06.00 WP Kamis.

Menurut Jhon, awalnya keluarga tidak mengetahui alasan penangkapan ketiga anak attau [remaja] tersebut.

“Sesampai di pos, mereka menyiksa, dan menganiaya anak-anak itu menggunakan, rantai anjing, selang air, gulungan kawat. Anak anak dipukul, disiksa, diinjak-injak seluruh tubuhnya di pos, sekitar pukul 08.00 – 11.30 WP,” kata Jhon.

Sekitar pukul 11.30 WP, sejumlah prajurit TNI AD di sana kemudian mengantar Rahmat, Bastian, dan Laurents pulang ke rumah Rahmat. “Kami keluarga terkejut saat mereka diantar ke rumah dalam Kondisi luka-luka, babak belur. Anak saya Rahmat Paisei luka dan berdarah. Ibunya bersama saya mengantar Rahmat ke Puskesmas Arso Kota, untuk berobat,” ujar Jhon.

Dilaporkan ke Polisi dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak

Satgas TNI signal-2022-10-28-17-55-54-639-768x432
Sejumlah dua anak korban penganiayaan yang diduga dilakukan prajurit TNI AD di Kabupaten Keerom, Bastian Bate (13) dan Laurents Kaung (11) dirawat di Instalasi Gawat Darurat RS TNI AD Marten Indey, Kota Jayapura, sementara seorang korban lainnya, Rahmat Paisei (14) dirawat secara terpisah karena terluka lebih parah. – Jubi/Hengky Yeimo
Setelah Rahmat diobati, Jhon membawa Rahmat untuk melaporkan penganiayaan tersebut di Kepolisian Sektor Arso Kota. Polisi di sana mengarahkan Jhon untuk melaporkan penganiayaan itu kepada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Keerom.

“Seusai melaporkan ke Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak, kami melaporkan peristiwa tersebut ke Kepolisian Resor Keerom. Kepolisian Resor Keerom mengarahkan keluarga korban [melapor] kepada Polisi Militer di Jayapura,” katanya.

Ibu Rahmat kemudian menelepon kakak perempuan Rahmat yang berada di Jayapura, memintanya untuk melaporkan kasus penganiayaan terhadap Rahmat dan kedua temannya kepada Polisi Militer. “Kakak perempuan Rahmat melaporkan ke Polisi Militer untuk menjemput Rahmat Faisei dan kawan-kawannya di Arso Kota,” ujar Jhon.

Ditodong Pistol Tentara

Yang tidak terduga, setelah Rahmat kembali ke rumah, sekitar pukul 18.00 WP sekelompok tentara datang lagi ke rumahnya. Jhon menuturkan Rahmat, Bastian, dan Laurents kemudian dibawa kembali ke Pos Satgas Damai Cartenz di Kampung Yuwanain.

“Waktu [Satgas] Damai Cartenz menjemput mereka kedua kalinya itu, saya saksikan. Saya mau tolong, [namun] saya ditodong pistol. Mereka suruh saya menyaksikan dari jauh dan mereka menyiksa Rahmat, dipukul. Mamanya Rahmat Paisei hingga tak berdaya, ia sempat berteriak ‘Tuhan tolong. Dong [mereka] pukul anak saya’, sambil menagis,” tutur Jhon.

Saat itu, Rahmat juga berteriak kesakitan. “’Tuhan tolong, sa mati’,” tutur Jhon menirukan teriakan Rahmat“. “[Dia berteriak] sambil menangis. Baru aparat keamanan mereka bilang, ‘ah, ko mati sudah, biar ko ketemu ko pu Tuhan yang ko minta tolong sekalian’. Saat itu, kondisi anak saya sudah tidak berdaya, nafas sisa satu-satu” kata Jhon.

Di Pos Satgas Cartenz, Jhon tidak bisa menolong Rahmat, Bastian, maupun Laurents, karena Jhon dihadang dan dipukul salah satu tentara. “Saya tidak tega melihat anak saya dipukul kayak binatang, dipukuli, ditodong, dan ditendang oleh [Satgas] Damai Cartenz. Saya berdiri ke sana dan menolong anak saya. Aparat tendang saya punya rahang. Mereka pukul saya, dan mereka todong saya pakai pistol. Mereka larang saya, supaya mereka melanjutkan penganiayaan terhadap tiga anak tersebut. Saya melihat kondisi mereka, tidak bisa [dan tidak tega]. Lalu saya hadang mereka,” katanya.

Jhon mengatakan sekitar pukul 21.00 WP, komandan pos itu keluar, lalu menanyai Jhon mengapa dia ada di pos itu. “Saya menjawab bahwa saya adalah orang tua dari anak yang kalian sedang siksa. Jadi, saya datang melihat anak saya yang sedang dianiaya. Saya mau pastikan apa kesalahan anak saya. Sementara saya menjelaskan demikian, ada satu aparat yang datang dan pukul di kepala saya,” katanya.

Penganiayaan terhadap Rahmat, Bastian, maupun Laurents baru berhenti sekitar pukul 23.30 WP, setelah sejumlah Polisi Militer dari Jayapura tiba di Pos Satgas Damai Cartenz itu. Polisi Militer kemudian melarikan Rahmat yang terluka parah ke Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey di Kota Jayapura.

“Kalau mereka lambat datang ke Arso untuk menjemput ketiga korban itu, pasti hari ini kami menangis karena anak saya meninggal dunia akibat ulah Satgas Damai Cartenz itu,” kata Jhon.

Jhon menyatakan tindakan aparat kemanan yang menganiaya anaknya itu seperti zaman penjajahan, padahal Indonesia sudah merdeka. “Saya harap agar para pelaku dapat dihukum melalui jalur hukum, agar ada rasa keadilan bagi kami. Masak anak saya Rahmat tidak bersalah dipukuli hingga kritis,” katanya.

Mendapat Perhatian Anggota DPR Papua

Penganiayaan itu mendapat tanggapan dari Anggota DPR Papua, Laurenzus Kadepa. Ia meminta Institusi TNI menindak tegas Prajuritnya yang diduga melakukan penganiayaan.

Permintaan itu disampaikan anggota komisi bidang pemerintahan, politik, hukum dan HAM DPR Papua itu, saat menghubungi Jubi, Sabtu (29/10/2022) malam.“Kejadian seperti ini terus terjadi. Papua ini mau di bawa ke mana. Kasihan korban, apalagi mereka anak di bawah umur. Saya harap, pelakunya diproses secara benar dan adil. Hukum mesti ditegakkan,” kata Kadepa.

Menurutnya, TNI harus membuktikan kepada publik bahwa institusi masih ada untuk menegakkan hukum, dan aturan agar kepercayaan publik terhadap institusi ini tidak hilang.

Kadepa mengungkapkan, ia juga telah menanyakan kepada Kodam XVII Cenderawasih, sejauh mana upaya institusi TNI menangangi kasus tersebut.

“Tadi saya sudah tanya Asisten Teritorial Kodam XVII Cenderawasih mengenai kasus di Keerom. Beliau sampaikan terduga pelaku sedang diproses Polisi Militer. Saya harap ya, inikan peristiwa lain yang sedang terjadi saat kita kejadian lain yang kita fokuskan belum selesai,” tuturnya.

Kepala Penerangan Kodam/XVII Cendrawasih Letkol Kav Herman Taryaman mengatakan, Polisi Militer Komando Daerah Militer atau Pomdam XVII/Cenderawasih melakukan penyelidikan kasus yang dilakukan prajurit TNI AD terhadap tiga anak di Kabupaten Keerom .

“Kasus pemukulan yang terlupakan dilakukan oknum TNI infonya terjadi karena adanya kasus pencurian di Pos Satgas Damai Cartenz. Kini dalam proses penyelidikan Pomdam,” kata Herman.

Untuk Identifikasi para pelaku, Herman mengatakan Pomdam XVII/Cenderawasih terus berkoordinasi dengan pihak korban. Pomdam juga berkomunikasi dengan aparat keamanan lainnya.

“Pangdam sudah memerintahkan Danpomdam untuk segera mengusut tuntas kejadian itu. Pomdam Cenderawasih juga telah membantu korban atas nama Rahmat Faisei untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey,” katanya. 

Pangdam XVII Perintahkan POM Usut Anggota TNI yang Aniaya Tiga Remaja

 

Polisi Militer Komando Daerah Militer atau Pomdam XVII/Cenderawasih melakukan penyelidikan kasus yang dilakukan prajurit TNI AD terhadap tiga anak dan remaja di Kabupaten Keerom .

Hal itu dinyatakan Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Letkol Kav Herman Taryaman di Kota Jayapura pada Jumat (28/10/2022).

Herman mengatakan dugaan yang dilakukan prajurit TNI AD itu terjadi di Pos Satuan Tugas (Satgas) Damai Cartens Jalan Maleo, Kampung Yuwanain, Arso II, Arso, Kabupaten Keerom pada (27/10/2022) pukul 23.05 WIT.

Sejumlah tiga anak yang menjadi korban itu adalah Rahmat Faisei (14), Bastian Bate (13) dan Laurents Kaung (11).

“Kasus pemukulan yang terlupakan dilakukan oknum TNI infonya terjadi karena adanya kasus pencurian di Pos Satgas Damai Cartens. Kini dalam proses penyelidikan Pomdam,” kata Herman.

Untuk Identifikasi para pelaku keluarga, Herman mengatakan Pomdam XVII/Cenderawasih terus berkoordinasi dengan pihak korban. Pomdam juga berkomunikasi dengan aparat keamanan lainnya.

“Pangdam sudah memerintahkan Danpomdam untuk segera mengusut tuntas kejadian itu. Pomdam Cenderawasih juga telah membantu korban atas nama Rahmat Faisei untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey,” katanya.

Jumat, 28 Oktober 2022

Dianiaya Anggota Satgas Damai Cartenz Tiga Remaja Merintih Kesakitan

 

Orang tua salah satu dari tiga anak yang menjadi korban penganiayaan yang diduga dilakukan prajurit TNI AD di Kabupaten Keerom, Jhon Faisei menyatakan anaknya, Rahmat Faisei (14) bersama dua temannya, Bastian Bate (13) dan Laurents Kaung (11), dianiaya dengan menggunakan rantai, gulungan kawat, dan selang air. Penganiayaan itu terjadi berulang kali, dan baru berhenti setelah Polisi Militer dari Kota Jayapura datang serta membawa ketiga anak itu ke rumah sakit.

Hal itu dinyatakan Jhon Faisei saat ditemui wartawan di Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey, Kota Jayapura, pada Jumat (28/10/2022) malam. Menurutnya, penganiayaan terhadap Rahmat Faisei, Bastian Bate, dan Laurents Kaung terjadi di Pos Satuan Tugas (Satgas) Damai Cartenz, Jalan Maleo, Kampung Yuwanain, Arso II, Distrik Arso, Kabupaten Keerom pada Kamis (27/10/2022).

Ketiga anak itu dianiaya sejak ketiganya ditangkap prajurit TNI AD di pos tersebut pada Kamis pukul 06.00 WP, karena dituding mencuri burung kakatua di pos itu. Ketiga anak itu kemudian dibawa ke pos yang berada di Kampung Yuwanain.

Menurut Jhon, awalnya keluarga tidak mengetahui alasan penangkapan ketiga anak tersebut. Ia menuturkan penganiayaan terhadap Rahmat Faisei, Bastian Bate, dan Laurents Kaung berlangsung sejak sekitar pukul 08.00 WP.

“Sesampai di pos, mereka menyiksa, dan menganiaya anak-anak itu menggunakan, rantai anjing, selang air, gulungan kawat. Anak anak dipukul, disiksa, diinjak-injak seluruh tubuhnya di pos, sekitar pukul 08.00 – 11.30 WP,” kata Jhon.

Sekitar pukul 11.30 WP, sejumlah prajurit TNI AD di sana kemudian mengantar Rahmat, Bastian, dan Laurents pulang ke rumah Rahmat. “Kami keluarga terkejut saat mereka diantar ke rumah dalam Kondisi luka-luka, babak belur. Anak saya Rahmat Faisei luka dan berdarah. Ibunya bersama saya mengantar Rahmat ke Puskesmas Arso Kota, untuk berobat,” ujar Jhon.

Setelah Rahmat diobati, Jhon membawa Rahmat untuk melaporkan penganiayaan tersebut di Kepolisian Sektor Arso Kota. Polisi di sana mengarahkan Jhon untuk melaporkan penganiayaan itu kepada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Keerom.

“Seusai melaporkan ke Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak, kami melaporkan peristiwa tersebut ke Kepolisian Resor Keerom. Kepolisian Resor Keerom mengarahkan keluarga korban [melapor] kepada Polisi Militer di Jayapura,” katanya.

Ibu Rahmat kemudian menelepon kakak perempuan Rahmat yang berada di Jayapura, memintanya untuk melaporkan kasus penganiayaan terhadap Rahmat dan kedua temannya kepada Polisi Militer. “Kakak perempuan Rahmat melaporkan ke Polisi Miiliter untuk menjemput Fahmat Paisei dan kawan-kawannya di Arso Kota,” ujar Jhon.

Yang tidak terduga, setelah Rahmat kembali ke rumah, sekitar pukul 18.00 WP sekelompok tentara datang lagi ke rumahnya. Jhon menuturkan Rahmat, Bastian, dan Laurents kemudian dibawa kembali ke Pos Satgas Damai Cartenz di Kampung Yuwanain. “Waktu [Satgas] Damai Cartenz menjemput mereka kedua kalinya itu, saya saksikan. Saya mau tolong, [namun] saya ditodong pistol. Mereka suruh saya menyaksikan dari jauh dan mereka menyiksa Rahmat, dipukul. Mamanya Rahmat Faisei hingga tak berdaya, ia sempat berteriak ‘Tuhan tolong. Dong [mereka] pukul anak saya’, sambil menagis,” tutur Jhon.

Saat itu, Rahmat juga berteriak kesakitan. “’Tuhan tolong, sa mati’,” tutur Jhon menirukan terikan Rahma“. “[Dia berteriak] sambil menagis. Baru aparat keamanan mereka bilang, ‘ah, ko mati sudah, biar ko ketemu ko pu Tuhan yang ko minta tolong sekalian’. Saat itu, kondisi anak saya sudah tidak berdaya, nafas sisa satu-satu” kata Jhon.

Di Pos Satgas Cartenz, Jhon tidak bisa menolong Rahmat, Bastian, maupun Laurents, karena Jhon diadang dan dipukul salah satu tentara. “Saya tidak tega melihat anak saya dipukul kayak binatang, dipukuli, ditodong, dan ditendang oleh [Satgas] Damai Cartenz. Saya berdiri ke sana dan menolong anak saya. Aparat tendang saya punya rahang. Mereka pukul saya, dan mereka todong saya pakai pistol. Mereka larang saya, supaya mereka melanjutkan penganiayaan terhadap tiga anak tersebut. Saya melihat kondisi mereka, tidak bisa [dan tidak tega]. Lalu saya hadang mereka,” katanya.

Jhon mengatakan sekitar pukul 21.00 WP, komandan pos itu keluar, lalu menanyai Jhon mengapa dia ada di pos itu. “Saya menjawab bahwa saya adalah orangtuanya dari anak yang kalian sedang siksa. Jadi, saya datang melihat anak saya yang sedang dianiaya. Saya mau pastikan apa kesalahan anak saya. Sementara saya menjelaskan demikian, ada satu aparat yang datang dan pukul di kepala saya,” katanya.

Penganiayaan terhadap Rahmat, Bastian, maupun Laurents baru berhenti sekitar pukul 23.30 WP, setelah sejumlah Polisi Militer dari Jayapura tiba di Pos Satgas Damai Cartenz itu. Polisi Militer kemudian melarikan Rahmat yang terluka parah ke Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey di Kota Jayapura. “Kalau mereka lambat atang ke Arso untuk menjemput ketiga korban itu, pasti hari ini kami menangis karena anak saya meninggal dunia akibat ulah Satgas Damai Cartenz itu,” kata Jhon.

Jhon menyatakan tindakan aparat kemanan yang menganiaya anaknya itu seperti zaman penjajahan, padahal Indonesia sudah merdeka. “Saya harap agar para pelaku dapat dihukum melalui jalur hukum, agar ada rasa keadilan bagi kami. Masak anak saya Rahmat tidak bersalah dipukuli hingga kritis,” katanya.

“Kasus pemukulan yang diduga dilakukan oknum TNI infonya terjadi karena adanya kasus pencurian di Pos Satgas Damai Cartens. Kini dalam proses penyelidikan Pomdam. Pangdam sudah memerintahkan Danpomdam untuk segera mengusut tuntas kejadian itu. Pomdam Cenderawasih juga telah membantu korban atas nama Rahmat Faisei untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey,” katanya.

Sebelumnya, Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Letkol Kav Herman Taryaman di Kota Jayapura menyatakan Polisi Militer Komando Daerah Militer atau Pomdam XVII/Cenderawasih melakukan penyelidikan kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan prajurit TNI AD terhadap Rahmat, Bastian, maupun Laurents. Herman membenarkan bahwa penganiayaan itu terjadi di Pos Satgas Damai Cartenz di Kampung Yuwanain, Arso II, Distrik Arso, Kabupaten Keerom pada Kamis.

Pebisnis dari sejumlah Negara kumpul di Kuala Lumpur Bahas Investasi untuk Papua

Puluhan pebisnis dari sejumlah negara mengikuti pertemuan investasi dan bisnis khusus untuk Papua yang diadakan oleh sebuah perusahaan konsultan asal Singapura di Kuala Lumpur.

Chief Operation Officer A+3 Consultancy Richard Tan seperti dilansir dari Kantor Berita Antara mengatakan melalui pertemuan investasi dan bisnis tersebut perusahaannya ingin menjembatani pebisnis yang menjadi calon investor dengan perusahaan dari Papua.

Selain itu, ia mengatakan pertemuan investasi dan bisnis tersebut bertujuan untuk memberitahukan kepada komunitas bisnis internasional terutama anggota ASEAN atas kesempatan bisnis yang ada di Papua.

Puluhan calon investor dari beberapa negara yakni Singapura, China, Somalia dan Malaysia mengikuti pertemuan tersebut. Mereka, menurut Richard, tertarik melakukan investasi di berbagai sektor, mulai dari pangan, tambang, kelautan dan perikanan, logging, hingga ekowisata.

Selama ini, ia mengatakan Papua seperti tertutup bagi investor. Karenanya melalui pertemuan investasi dan bisnis untuk Papua yang pertama kalinya diadakan di Malaysia tersebut, pihaknya ingin memperlihatkan kepada para pebisnis tentang potensi Papua.

Pengurus Besar PT Papua Negeri Pusaka (PNP) Mena Robert Satya mengatakan selama ini Papua tidak terakses oleh pihak luar, dalam hal itu para investor.

Padahal, menurut dia, potensi sumber daya yang dimiliki provinsi paling timur di Indonesia tersebut begitu besar, mulai dari kelautan dan perikanan, kehutanan, pertanian, pertambangan hingga pariwisata. Namun selama ini tertutupi oleh isu politik maupun keamanan.

Karena itu, ia mengatakan pertemuan investasi dan bisnis tersebut harapannya dapat membantu calon investor memahami potensi yang ada di Papua.

Selain para pebisnis yang menjadi calon investor, dalam pertemuan investasi dan bisnis untuk Papua tersebut dihadiri pula oleh mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu Subur Budhisantoso dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jayapura.

Dalam pertemuan itu, penandatanganan perpanjangan nota kesepahaman (MoU) dilakukan antara A+3 Consultancy dengan PT PNP. PT PNP juga melakukan MoU dengan investor tambang serta kelautan dan perikanan asal Malaysia.

Pemerintah Kota Jayapura Targetkan PAD 2023 Rp 256 Miliar

Pemerintah Kota atau Pemkot Jayapura menargetkan pendapatan asli daerah atau PAD pada tahun 2023 sebesar Rp256 miliar lebih, karena membaiknya penerimaan pajak dan retribusi.

“Kami optimis bisa mencapainya karena penerimaan PAD 2022 kami bisa melebihi target dari target sebesar Rp 250 miliar lebih,” ujar Plt. Kepala Bapenda Kota Jayapura , Ali Mas’udi, di Kantor Wali Kota Jayapura.

Dijelaskannya, rencana target tersebut berdasarkan pajak daerah sebesar Rp 214 miliar lebih, retribusi daerah sebesar Rp 28 miliar lebih, bagian laba atas penyertaan moda pada BUMN sebesar Rp 6 miliar lebih, dan lain-lain PAD yang sah sebesar Rp 6 miliar lebih.

“Kami terus melakukan sosialisasi kepada wajib pajak dan meningkatkan pelayanan baik offline maupun online . Saya menyampaikan terima kasih kepada wajib pajak yang sudah meningkatkan PAD,” jelasnya.

Ali berharap kepada pegawai Bapenda Kota Jayapura untuk terus melakukan inovasi dan memberikan pelayanan yang baik serta transparan kepada wajib pajak sebagai sumber penerimaan PAD.

Rabu, 19 Oktober 2022

Polisi Tangkap Yan Waris Sewa DPO Penyerangan Posramil Kisor Maybrat

 

Daftar Pencarian Orang atau DPO terduga penyerang Pos koramil Kisor yaitu Yan Waris Sewa berhasil ditangkap, pada Jumat (14/10/2022).

Penangkapan dilakukan tim gabungan terdiri atas Brimob Polda Papua Barat bersama Polres Sorong Selatan dan Polres Maybrat, pukul 06.00 WP di Kampung Susumuk, Distrik Aifat, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat.

Tim gabungan Brimob Polda Papua barat dipimpin langsung Dansat Brimob Kombes Pol. Pria Premos SIK MM bersama Kapolres Sorsel AKBP Dr. Choiruddin Wachid SIK dan Kapolres Maybrat AKBP Gleen Rooi Molle SIK.

“Bersama tim berhasil menangkap satu orang DPO penyerangan Posramil Kisor,” kata Kabid Humas Polda Papua Barat Kombes Pol. Adam Erwindi SIK MH dalam keterangan tertulis yang diterima Jubi, pada Minggu (16/10/2022).

Adam menjelaskan tersangka Yan pada saat kejadian penyerangan Posramil Kisor, serta bersama para pelaku lainnya di bawah menunggu di luar pos, di saat teman-temannya melakukan aksi pembunuhan di Posramil Kisor. dampak terhadap Posramil Kisor pada 2 September 2021 itu mengakibatkan empat prajurit TNI AD meninggal dunia.

“Tersangka dikenakan Pasal 340 KUHP, Pasal Subsider 338 KUHP Jo Pasal 55, 56 KUHP. Jadi total DPO sudah ditangkap terkait kasus penyerangan Posramil Kisor 11 orang, sebagian sudah menjalani proses pidananya, dari total 21 pelaku penyerangan hasil pengembangan kasus,” ujarnya.

Menurutnya, dalam penangkapan ada 6 orang dari karyawan PT Bangun Kayu Irian dan 17 orang masyarakat di tempat kejadian perkara, serta dimintai keterangan. Akan tetapi, di hari itu juga semuanya dikembalikan ke kampungnya masing-masing.

“Terima kasih banyak informasi masyarakat yang diberikan kepada pihak kepolisian, guna mencari para pelaku pembunuhan tersebut,” katanya.

Sementara itu, Willem Assem dari Tim Koalisi Kemanusiaan Maybrat mengatakan polisi menggunakan sekitar 16 kendaran termasuk mobil barakuda saat menangkap warga sipil di Kampung Kisor , Kampung Susumuk, Kampung Fan Kahrio, dan Kampung Sampika di Kabupaten Maybarat.

“Brimob dari Kompi C Sorong mereka menggunakan mobil barakuda sekitar 4 dan ditambah mobil-mobil lain yang menggunakan 16 kendaraan. Mereka masuk di kampung subuh, mereka menangkap sejumlah warga dari perempuan, laki-laki, tua muda, anak-anak di bawah umur,” kata Willem Assem kepada Jubi, pada Sabtu (15/10/2022) malam.

Assem menjelaskan setidaknya ada 23 warga yang ditangkap pihak kepolisian. Termasuk Yan Waris Sewa yang ditangkap dalam keadaan sakit berat. Pihak kepolisian juga menangkap warga yang bekerja di perusahan kayu PT Bangun Kayu Irian.

“Dia (Yan Waris Sewa) sakit sudah dua bulan, mereka menangkap entah dia hidup atau mati, kita belum memastikan. Mereka (polisi) juga kemudian menangkap karyawan terdiri dari orang asli Papua yang bekerja di PT Bangun Kayu Irian,” katanya.

Polisi dikabarkan Tahan Sejumlah Warga di Kampung Kisor dan Fan Kahiro Kabupaten Maybrat

Sejumlah warga di Kampung Kisor, Distrik Aifat Selatan dan Kampung Fan Kahrio, Distrik Aifat Timur Jauh, Kabupaten Maybrat , Provinsi Papua Barat, ditangkap polisi. Penangkapan warga di Kabupaten Maybrat itu terjadi pada Jumat (14/10/2022) pukul 05.00 WP.

Hal itu dinyatakan Anis Mambrasar dari PAHAM Papua kepada Jubi melalui panggilan telepon, pada Sabtu (15/10/2022) malam. “Benar ada penangkapan warga sipil kemarin (Jumat) sekitar jam 5 pagi di Kampung Kisor, Distrik Aifat Selatan, dan Kampung Fan Kahrio, Distrik Aifat Timur Jauh, Kabupaten Maybrat,” kata Anis Mambrasar.

Mambrasar menyatakan menerima informasi bahwa ada banyak warga yang ditangkap, namun belum punya data lengkap tentang jumlah. Ia menambahkan bahwa pihak kepolisian telah memulangkan sebagian warga. Namun, warga bernama Jefry Aifat dan Manfred Ky yang ikut ditangkap belum dipulangkan.

“Warga” namun demikian, polisi telah memulangkan sebagian besar warga, polisi masih menahan beberapa termasuk Jefry Aifat dan Manfred Ky. Kami belum bisa memastikan jumlah pasti yang ditangkap, berdasarkan informasi dari keluarga kami bahwa Jefry Aifat dan Manfred Ky juga ditangkap oleh polisi,” ujarnya.

Mambrasar menyatakan belum mengetahui alasan polisi melakukan penangkapan terhadap nomor tersebut. “Kami belum tahu alasan penangkapan [itu], polisi menangkap warga itu atas dasar apa? Apakah warga ini melakukan kejahatan? Apa dasar hukum yang digunakan polisi menjerat para warga itu? Saat penangkapan, polisi tidak memerintahkan surat perintah, dan tidak memberikan informasi itu kepada keluarga yang ditangkap,” katanya.

Menurut Mambrasar, PAHAM Papua menerima informasi bahwa warga yang dibawa ke Kepolisian Resor (Polres) Sorong Selatan. Ia kemudian bersama keluarga dari Jefry Aifat dan Manfred Ky mengecek ke Polres Sorong Selatan, namun pihak Polres Sorong Selatan menyampaikan tidak ada warga dari Kabupaten Maybrat ditangkap dan ditahan di Polres Sorong Selatan.

“Saya koordinasi dengan Kasat Reskrim Polres Sorong Selatan. Kami tadi bertemu petugas di Polres Sorong Selatan dan cek. Petugas Polres Sorsel juga bilang tidak ada warga Maybrat yang ditangkap, mereka tidak ditahan di Polres Sorsel. Jadi, penangkapan itu menjadi gelap, dan kami bersama warga masih menemukan keberadaan orang-orang [yang ditangkap],” katanya.

Mambrasar menyatakan saat ini bersama keluarga dari Jefry Aifat dan Manfred Ky berangkat ke Kabupaten Maybrat, untuk mengecek keberadaan dari Jefry Aifat dan Manfred Ky dan warga lainnya. “Kami sekarang ada ke Maybrat untuk cek. Jadi, sampai warga Maybrat atas nama Jefri Aifat dan Manfret Ky tidak diketahui sekarang,” ujarnya.

Thomas sebagai orang tua dari Jefri Aifat dan Manfret Ky menyatakan sedang berada di Sorong ketika polisi melakukan penangkapan terhadap sejumlah warga dan anaknya. Ia mendapat informasi penangkapan dari keluarganya yang berada di Kampung Kisor. “Penangkapan itu kemarin [Jumat] jam 5 pagi,” kata Thomas kepada Jubi melalui panggilan telepon, pada Sabtu (15/10/2022) malam.

Thomas menjelaskan belum mengetahui berapa banyak warga Kampung Kisor yang ditangkap polisi . Ia hanya menambahkan dari informasi yang diperoleh bahwa warga yang ditangkap itu, yakni Petrus Sowe, Karel Saa, Jhonatan Sowe, istri, cucu dan Yance Ibiah bersama istri dan anak.

“Informasi dari keluarga dong di bawah ke Polres Sorong Selatan. Tadi kita cek di Polres Sorong Selatan tidak ada. Lain sudah keluar, tapi Jefri Aifat dan Manfret Ky masih ditahan. Sementara kami ada naik ke Maybrat untuk cek,” ujarnya.

Jubi telah menghubungi Kepala Polres Maybrat, AKBP Gleen Roii Mole untuk menanyakan soal penangkapan warga di Kampung Kisor, Distrik Aifat Selatan dan Kampung Fan Kahrio, Distrik Aifat Timur Jauh, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat. Namun, Jubi diminta untuk bertanya langsung ke Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Papua Barat.

“Ke Kabid Humas polda yah pak,” kata AKBP Gleen Roii Mole membalas pesan WhatsApp Jubi pada Sabtu (15/10/2022) malam.

Jubi kemudian menghubungi Kepala Bidang Humas Polda Papua Barat, Kombes Adam Erwindi. Akan tetapi, hingga berita ini diturunkan pesan WhatsApp dan telepon dari Jubi tidak direspon.

Ratusan Rumah Kios di Asmat Papua terbakar

Peristiwa kebakaran melanda seratusan rumah kios di Pasar Dolog, Agats, Kabupaten Asmat, Papua pada Minggu (16/10/2022) sekira pukul 05.00 dini hari.

Pantauan Jubi.id di lokasi kebakaran, warga Agats dibantu anggota TNI – Polri mengupayakan api dengan menggunakan peralatan seadanya. Upaya pemadaman berlangsung sekitar 3 jam, karena keterbatasan fasilitas.

Lantaran tidak ada mobil pemadam kebakaran di Kabupaten Asmat, warga hanya menggunakan sejumlah mesin pompa air (alkon) dan melakukan pemadaman secara manual dengan bara serta peralatan lainnya.

Beruntung setelah sekitar dua jam musibah tersebut terjadi, Agats diguyur hujan lebat . Hal ini cukup membantu dan memudahkan warga setempat untuk mencegah kobaran api merambat ke bangunan lainnya. Api berhasil dipadamkan sekitar pukul 08.00 WP.

Salah satu warga yang kejadian kebakaran di Pasar Dolog Agats , Santayota menyatakan bahwa ia melihat titik api sekitar pukul 04.30 di bagian atap rumah salah seorang warga di kompleks pasar tersebut.

“Saya keluar rumah karena dengar suara ribut-ribut dan minta tolong sekitar jam 04.30 pagi. Saya dengar suara perempuan berteriak. Saat keluar itu, saya lihat sudah ada api di atap rumah. Saya tidak rumahnya siapa itu,” kata Santayota Jubi di Agats, pagi tadi.

Santayota mengatakan, ketika melihat kobaran api tersebut ia juga berteriak memberitahu warga bahwa ada kebakaran. Beberapa saat setelah itu warga berdatangan, dan batu berusaha mencoba api.

“Setelah berteriak itu, saya masuk ke rumah untuk membangunkan keluarga. Lalu kami selamatkan barang-barang berharga seperti ijazah dan lainnya. Setelah aman, baru saya ikut bantu ikut api,” tuturnya.

Warga lainnya, Arwin mengatakan kobaran api besar terlihat sekitar 05.00 pagi. Rumahnya berada tepat di belakang rumah warga lainnya yang dianggap sebagai sumber api yang berasal.

“(Sumber api) Kalau bukan dari rumahnya mama Firman, rumahnya mama Marko. Antara dua rumah itu. Posisi rumah saya di belakang dua rumah tersebut. Saat melihat kobaran api, kami langsung panik. Saya hanya sempat memberikan ijazah dan pakaian,” kata Arwin.

Arwin mengaku warga yang musibah itu banyak yang panik. Setiap orang berupaya menyelamatkan diri dan barang-barang berharganya masing-masing. Setelah itu baru mereka bersama-sama mengupayakan api.

“Rumah dan kios di Pasar Dolog ini berdempetan. masing-masing orang berusaha menyelamatkan diri dan keluarga. Baru setelah itu sama-sama berusaha padamkan api,” pungkasnya.

Hingga peristiwa ini belum ada laporan korba jiwa. Juga belum diketahui penyebab dan kerugian materil yang dialami warga di Pasar Dolog Agats. Kepolisian setempat pun masih merupakan penyebab musibah tersebut.

Desa Ugar di Fakfak Papua Barat memiliki Potensi Wisata Bahari Menjanjikan

 

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan Desa Wisata Ugar di Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, memiliki keunikan sejarah dan ekowisata yang berkelanjutan.

“Melihat beragam potensi tersebut, kami hadir di sini dan akan melakukan pelatihan dan pendampingan. Semoga kita bisa mengangkat perekonomian Kampung Ugar,” ucap dia saat berkunjung ke desa wisata tersebut dalam keterangan resmi, dikutip Antara, Jumat (14/10)

Desa Wisata Ugar disebut memiliki potensi wisata bahari yang menyajikan perpaduan lanskap gugusan pulau-pulau kecil, langit biru, dan hujan tropis. Selain itu, Kampung Ugar memiliki kawasan perairan dan daratan yang menawan, pasir putih di pantai dengan pohon kelapa berjejer di tepian.

“Sepanjang perjalanan menuju Kampung Ugar, mata kita dimanjakan dengan pemandangan yang indah, dan juga atraksi budaya yang luar biasa,” kata Menparekraf.

Pulau-pulau di Kampung Ugar yang berupa Pulau Kapur (karst) dikatakan mirip gugusan pulau seperti di Raja Ampat, Kabupaten Raja Ampat. Pulau-pulau itu memiliki jejak arkeologi berupa lukisan prasejarah pada dinding-dinding tebing karst.

“Saya baru datang langsung dikasih hujan meskipun hujan tetap jalan, karena hujan di Kampung Ugar, Kabupaten Fakfak membawa keberkahan. Saat hujan wilayah ini tetap cantik, sehingga Kampung Ugar harus dikembangkan sebagai destinasi wisata,” ujarnya.

Mayoritas penduduk di Kampung Ugar beragam Islam dengan pemukiman yang berbentuk memanjang di jalan kampung dengan ikon masjid berkubah. Sebagian besar dari penduduk Kampung Ugar beragama Islam.

Di sekitar Kampung Ugar, ada pula masjid tertua bersejarah yang berlokasi di semenanjung Papua, yakni Masjid Tua Patimburak. Masjid itu merupakan salah satu peninggalan sejarah Islam di Papua dan menjadi salah satu pusat agama Islam di wilayah tersebut.

Masyarakat masih terus mempertahankan arsitektur masjid berupa perpaduan bentuk gereja dan masjid. Perpaduan itu terlihat sebagai perwujudan kuatnya toleransi antar agama di Kabupaten Fakfak.

“Potensi ekonomi kreatif di Kampung Ugar juga menjanjikan mulai dari keunikan kuliner seperti ikan kakap kuah kuning, tagas-tagas, kangkong tumis, ayam bumbu bakar bambu, kue lontar, sirup pala, serta nasi kelapa bakar,” ungkap Sandiaga.

Selasa, 18 Oktober 2022

Pemain Persipura Diliburkan Menunggu Kepastian Kompetisi Liga 2

Kompetisi sepak bola Indonesia mulai dari Liga 1, Liga 2 hingga Liga 3 belum ada kepastian kapan akan kembali dilanjutkan pasca penghentian sementara buntut dari tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang. Skuad Persipura Jayapura pun terpaksa harus diliburkan.

Diungkapkan pelatih Persipura, Ricky Nelson, skuad berjulukan Mutiara Hitam akan diliburkan selama 10 hari mulai Senin (17/10/22) lusa.

Ricky mengatakan, keputusan Persipura libur itu menyusul belum adanya kepastian kapan kompetisi Liga 2 musim 2022/2023 akan kembali dilanjutkan.

“Kita istirahat dulu, jadi saya sudah bilang ke Pak Manajer kita istirahat 10 hari, karena situasi yang tak menentu dan tak tahu mau jadi apa. Saya berpikir kemarin dengan PSSI mengaku bertanggung jawab, rekomendasinya sudah lebih baik. Ternyata rekomendasinya mengikat dan menyandera PSSI bahwa harus Kongres Luar Biasa (KLB),” kata Ricky Nelson kepada wartawan usai laga uji coba Persipura vs Toli FC di Lapangan Pemanasan Kawasan Stadion Lukas Enembe, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Sabtu (15/10/22).

Ricky menjelaskan, selama 10 hari itu pemain Persipura dan staf pelatih dibebaskan untuk berlibur atau pulang ke kampung halaman. Hanya saja, para pemain tetap diberikan tugas untuk berlatih mandiri di rumah masing-masing dan wajib dilaporkan setiap harinya kepada tim pelatih.

“Tapi kita kasih mereka Pekerjaan Rumah (PR), individual training tetap kita pantau. Mulai hari diliburkan tapi individual training mereka harus direport terus. Nanti tim pelatih fisik yang akan mengecek,” katanya.

Kompetisi sepak bola Indonesia yang terhenti akibat tragedi Kanjuruhan, Malang, kian tak menentu kapan akan kembali dilanjutkan.

Menyusul hasil investigasi terhadap tragedi Kanjuruhan di Malang, Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) merekomendasikan kepada Presiden Joko Widodo agar kompetisi bisa dilanjutkan dengan catatan harus dilakukan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI untuk mengganti seluruh kepengurusan dalam tubuh federasi sepak bola Indonesia itu.

Padahal sebelumnya, kompetisi diwacanakan akan kembali dilanjutkan pada akhir November mendatang.

Kompetisi sepak bola Indonesia sendiri sudah dihentikan sementara waktu, sejak 1 Oktober lalu, sembari menanti hasil investigasi terhadap tragedi nahas di Kanjuruhan oleh TGIPF.

Sidang Kasus HAM Paniai Berdarah, Begini Keterangan Para Saksi

 

Pengadilan Hak Asasi Manusia Makassar pada Rabu (12/10/2022) melanjutkan sidang perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia berat Paniai Berdarah. Serma Gatot Sugeng Riyanto sebagai salah satu dari tujuh saksi yang diperiksa pada Rabu menyatakan penggunaan senjata di Markas Komando Rayon Militer atau Koramil Paniai Timur adalah inisiatif sendiri, dan bukan didasarkan perintah terdakwa Mayor (Purn) Isak Sattu.

Dalam perkara Paniai Berdarah itu, Mayor (Purn) Isak Sattu menjadi terdakwa tunggal yang diperiksa dan akan diadili majelis hakim yang dipimpin Hakim Ketua Sutisna Sawati bersama Hakim Anggota Abdul Rahman, Siti Noor Laila, Robert Pasaribu, dan Sofi Rahman Dewi. Isak Sattu didakwa dengan dua delik kejahatan terhadap kemanusiaan yang diancam hukuman terberat pidana mati, dan hukuman teringan pidana 10 tahun penjara.

Dalam kesaksiannya, Serma Gatot Sugeng Riyanto menyatakan penggunaan senjata oleh para personil Koramil Paniai Timur itu dipicu kepanikan ketika massa melempari Markas Koramil Paniai Timur dengan batu. Menurut Gatot, seusai apel pagi, Mayor (Purn) Isak Sattu selaku Perwira Penghubung meminta pasukan bersiap menuju Madi, untuk mengikuti pertemuan dengan Pemerintah Kabupaten Paniai.

Akan tetapi, sekitar pukul 08.00 WP, sudah ada ratusan orang berkumpul di Lapangan Karel Gobay dan melakukan tarian waita (tarian yang dilakukan massa dengan berlari berkeliling bersama-sama, membentuk pusaran manusia yang berputar cepat). “Jadi kami tak sempat ke Madi, karena duluan massa datang,” kata Gatot yang saat tragedi Paniai Berdarah terjadi masih berpangkat Serda.

Gatot bersaksi, secara tiba-tiba ada beberapa orang memasuki halaman Koramil dengan membawa senjata tajam, seperti parang dan kapak. “Kami memintanya untuk keluar halaman,” kata Gatot.

Ia menjelaskan bahwa Markas Koramil Paniai Timur berhadapan dengan Lapangan Karel Gobay, Enarotali, ibu kota Kabupaten Paniai, lokasi terjadinya tragedi Paniai Berdarah yang menewaskan Alpius Youw, Alpius Gobay, Yulian Yeimo, dan Simon Degei. Gatot menuturkan, pasukan TNI di Koramil Paniai Timur bertanya-tanya mengenai pangkal sebab aksi massa itu.

Tiba-tiba, beberapa orang mulai melemparkan batu ke arah Markas Koramil Paniai TImur. Darwis sebagai Bintara Tata Urusan Dalam Koramil Paniai Timur mencoba melakukan negosiasi dengan massa, tapi tak menemukan hasil. Massa semakin nekat.

Tiba-tiba, beberapa anggota Koramil Paniai Timur, mengambil senjata. Gatot pun mengambil senjata jenis SS1 dan M16. Gatot mengakui, saat itu ia tak lagi memperhatikan perintah terdakwa Isak Sattu selaku atasannya.

Gatot hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh prajurit TNI lainnya. Senapan SS1 yang dibawanya ia arahkan ke langit, lalu ia menembakkan tembakan peringatan. Massa tetap melakukan pelemparan. Gatot mengingat, ia menembak sebanyak tiga atau empat kali, sampai akhirnya pelan-pelan massa mulai mundur.

Beberapa saat kemudian, tim kepolisian mulai memasuki Lapangan Karel Gobay, membuat massa mundur. “Kami masih duduk di halaman Koramil, dan liat ada mayat yang diangkat dari arah lain lapangan,” kata Gatot. “Mayat itu tidak langsung dibawa ke depan koramil, tapi dibawah ke arah lain, saya tidak tau kemana,” ujarnya.

Gatot menjelaskan Isak Sattu merupakan perwira dengan pangkat tertinggi di Koramil Paniai Timur saat tragedi Paniai Berdarah terjadi pada 8 Desember 2014, karena Komandan Koramil Paniai Timur tengah berada di Nabire. Dalam ingatan Gatot, Isak Sattu memberikan pengarahan, dan meminta penjelasan mengapa massa menyerang Markas Koramil.

“Setelah massa bubar, kami memungut selongsong peluru. Jumlahnya saya tidak tahu, tapi kalau saya sendiri pungut tiga,” kata Gatot.

Saat ditanyai jaksa tentang dugaaan adanya warga yang tertembak di depan pagar Koramil, Gatot hanya menjawab singkat: tidak tahu.

Saat ditanyai tentang dugaan penikaman yang dilakukan anggota Koramil, Serka Jusman, Gatot mengaku tidak melihat penikaman itu. “Setelah kerusuhan, Pabung [Isak Sattu] meminta kami tidak keluar dari Koramil. Dan kami wajib ikut perintahnya,” katanya.

Serka Jusman yang juga hadir dalam persidangan Rabu membantah dugaan jaksa bahwa ia melakukan penikaman terhadap warga di Lapangan Karel Gobay pada 8 Desember 2014. Ia menyatakan dalam rentetan peristiwa Paniai Berdarah, ia terus bertahan di dalam Markas Koramil Paniai Timur.

“Saya tidak pernah keluar Koramil. Saya di halaman koramil, saat massa ada, dan setelah massa bubar,” katanya.

Peyimpanan Senjata di Kamar Depan Danramil

Sidang pada Rabu juga mendengarkan kesaksian Letda Wardi Hermawan. Dia adalah perwira yang memegang kunci ruangan penyimpanan senjata Koramil Paniai Timur.

Koramil Paniai Timur tak punya gudang atau ruangan khusus penyimpanan senjata. Senjata Koramil Paniai Timur disimpan di kamar depan rumah dinas Komandan Rayon Militer Paniai Timur, dengan Letda Wardi Hermawan sebagai pemegang kuncinya.

Wardi bersaksi pada 8 Desember 2014 pagi, ia menerima perintah dari terdakwa Mayor (Purn) Isak Sattu untuk menyiapkan senjata yang akan dibawa dalam perjalanan menuju Madi. Usai menerima perintah dari terdakwa Isak Sattu, Wardi menyatakan ia sempat ke kamar penyimpanan senjata dan peti senjata, lalu memeriksa 14 senjata api inventaris Koramil Paniai Timur itu. Akan tetapi, massa kemudian berkumpul di Lapangan Karel Gobay, sehingga Wardi mengembalikan semua senjata itu ke tempat semula.

Ketika massa mulai melempar Markas Koramil Paniai Timur, beberapa anggota TNI berlari mengambil senjata itu. Wardi bersaksi bahwa ia tidak mengetahui pengambilan senjata api itu atas perintah siapa.

Menurut Wardi, ada 14 senjata api di Koramil Paniai Timur, terdiri dari SS1, M16, dan stand gun. Wardi menyatakan selama menghalau massa yang mengepung Markas Koramil Paniai Timur, para prajurit TNI di sana menggunakan 13 pucuk senjata api. “Satu senjata tidak [digunakan], tertinggal satu [senjata] di peti,” katanya.

Akan tetapi, Wardi mengaku lupa jumlah peluru tajam yang ada di Markas Koramil Paniai Timur. Menurutnya, penggunaan senjata oleh anggota TNI di Koramil Paniai Timur selalu dicatat dalam sebuah format dan tertulis dalam sebuah buku. Namun, Wardi tidak bisa mengingat berapa jumlah peluru yang ditembakkan pada rangkaian peristiwa Paniai Berdarah. “Buku itu sudah disita juga sama tim dari internal TNI,” katanya.

Saksi Jusman menuturkan ia mengambil senjata yang dipegang oleh Sersan Edo, dengan alasan Sersan Edo masih anggota baru. “Massa sudah brutal, mereka gunakan batu, panah, kayu dan parang. Mereka mulai goyangkan pagar,” kata Jusman.

“Jadi saya juga lakukan tembakan peringatan. Saya [melakukan tembakan peringatan] tiga kali,” lanjutnya. “Waktu itu tidak ada perintah, tapi spontanitas saja,” ujar Jusman.

Hakim anggota Siti Noor Laila, mendengar penjelasan itu dengan saksama. “Ini sebenarnya anggota Koramil yang panik hadapi massa, atau massa yang tidak bisa dikendalikan?” tanyanya.

“Siap. Saat itu kami [anggota Koramil] yang panik,” jawab Jusman.

Anggota Koramil lain yang ikut menembakkan senjata secara spontan adalah Sertu Supriono. Sertu Supriono menjelaskan bahwa ia mengambil senjata bukan dari ruangan penyimpanan senjata ataupun peti senjata. “Senjata itu sudah siap di teras koramil. Jadi saya tinggal ambil saja,” katanya.

Bagi Supriono, melakukan tembakan peringatan adalah bagian dari pencegahan dan posisi mempertahankan Markas Koramil. “Posisi terancam. Tanpa perintah. Spontan,” katanya.

Akan tetapi, Supriono menyatakan tembakan peringatan yang dikeluarkan oleh anggota Koramil Paniai Timur membuat massa semakin nekat. Supriono dan beberapa rekannya mencari perlindungan. Selanjutnya, dia mendengar suara tembakan dari arah Markas Kepolisian Sektor Paniai Timur. Setelah 30 menit, massa berangsur bubar.

Saksi yang lain, Sertu Sugiantoro memberikan kesaksian yang berbeda. Menurutnya, penggunaan senjata Koramil Paniai Timur didasarkan perintah terdakwa Isak Sattu. “Perintah Pabung, lakukan tembakan peringatan ke atas,” katanya.

Sugiantoro menembak antara tujuh hingga delapan kali ledakan. Di sampingnya, ada Gatot, Satrio, dan Jusman. Dia melihat Gatot terkena lemparan batu dan kepalanya berdarah.

“Adakah perintah dari Pabung untuk menghentikan tembakan?,” tanya Jaksa.

“Saya tidak tahu. Tidak dengar. Setelah menembak dan massa masih bereaksi, saya ke mess belakang Koramil. Saya amankan diri karena mau menelpon istri,” kata Sugiantoro.

Senin, 17 Oktober 2022

Gaji 411 Paramedis RSUD DOK 2 Jayapura Segera Dibayarkan

 

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Dok 2 Jayapura, dr Anton Mote menyatakan gaji bulan Agustus untuk 411 paramedis rumah sakit itu akan dibayarkan pada Selasa (18/10/2022). Hal itu dinyatakan Mote kepada wartawan di Kota Jayapura, Senin (17/10/2022) malam.

Menurut Mote, uang untuk membayar gaji 411 paramedis RSUD Dok 2 Jayapura itu akan diambilkan dari kas Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). “Saya sudah ambil kebijakan [untuk] ambil dulu dari kas BLUD, yang mana juga kami gunakan untuk membayar jasa. Kami prioritaskan pembayaran tenaga kontrak untuk satu bulan. Mungkin besok pagi sudah dibayarkan untuk satu bulan yaitu Agustus,” kata Mote.

Pada Senin, Ketua Komite Medik RSUD Dok 2 Jayapura, dr Yunike Howay menyatakan gaji atau honorarium 411 paramedis rumah sakit itu belum dibayarkan selama dua bulan. Ia menyatakan 411 paramedis yang belum menerima gaji/honorarium bulan Agustus dan September 2022 itu terdiri 380 perawat dan penunjang, 5 dokter ahli, dan 26 dokter umum.

Mote menyatakan keterlambatan pembayaran gaji paramedis disebabkan adanya sentralisasi anggaran, maupun perubahan tata kelola anggaran Dana Otonomi Khusus (Otsus) Papua. “Itu kan bukan masalah rumah sakit. Masalah itu kan dampak nasional, mulai dari pusat lakukan sentralisasi anggaran, perubahan [Undang-undang] Otsus. Masa transisi Otsus terjadi di 2022. Secara anggaran, dari pusat sampai Provinsi Papua, mengalami banyak perubahan,” katanya.

Mote menyampaikan perubahan itu menyebabkan susutnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Papua 2022 dari awalnya Rp15 triliun menjadi Rp8 triliun. “Nah, ini semua berpengaruh ada pengurangan pagu. Jadi itu adalah situasi nasional [yang] berdampak terhadap anggaran Provinsi Papua, secara khusus berdampak kepada kami. Di tempat lain, berbulan-bulan [pegawai] mereka tidak bayar. Contoh di RSUD Abepura juga sama. Di rumah sakit jiwa juga sama kok,” ujarnya.

Mote berharap meskipun ada perubahan itu, semua paramedis tetap bekerja melayani pasien. Ia juga menyampaikan jasa pelayanan tetap akan dibayarkan.

“Itulah situasi perubahan sedang terjadi. Saya berharap sesuai dengan sumpah janji kita, kita memberikan pelayanan terbaik. Untuk hal lain terkait jasa pelayanan, menjadi wajib hukumnya kami bayarkan. Saya terus melakukan koordinasi dengan pimpinan saya, Sekretaris Daerah Provinsi Papua, dan para kepala bagian lain untuk memberikan tindakan lanjutan,” katanya.

RRI Wamena Gelar Festival Pelajar Nusantara 2022 di Jayawijaya

 


93 Personel Polda Papua Bebas Narkoba

Sebanyak 93 personel Kepolisian Daerah atau Polda Papua dinyatakan bebas atau tidak terindikasi tidak menggunakan narkoba. Hal itu disimpulkan setelah 93 polisi itu mengikuti pemeriksaan urine di Markas Polda Papua, Kota Jayapura.

“Semuanya dinyatakan negatif, baik pejabat utama, pejabat menengah, dan Bintara yang ikut pemeriksaan secara acak” kata Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Ahmad Musthofa Kamal di Kota Jayapura, Senin.

Menurut Kamal, pemeriksaan urine itu bertujuan mendeteksi keberadaan obat-obatan terlarang dalam tubuh setiap anggota Polri, khususnya personel Polda Papua.

“Itu juga sebagai langkah menekan atau meminimalisir terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh personel Polri, baik itu pelanggaran disiplin, kode etik profesi Polri maupun pidana,” kata Kamal.

Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Papua, Kombes Nariyana mengatakan pihaknya melakukan pemeriksaan urine para polisi itu setelah mendapat perintah Wakil Kepala Polda Papua, Brigjen Pol Ramdani Hidayat. “Kegiatan itu bersifat insindentil, dan akan kami lakukan di momen tertentu yang tidak terduga, serta personel tidak diberitahu terlebih dahulu,” Kata Nariyana.

Ia menegaskan, sewaktu-waktu pihaknya akan melakukan inspeksi mendadak ke satuan kerja atau kepolisian resor secara acak. Hal ini juga sesuai arahan Presiden dan Kapolri untuk perubahan dalam tubuh Polri, serta deteksi dini Narkoba.

“Kami berharap dengan melakukan inspeksi mendadak dan deteksi dini, setiap anggota Polri sadar kalau narkoba berdampak buruk bagi kesehatan diri. [Penggunaan narkoba] tidak dibenarkan dan akan di tindak tegas apabila terbukti positif,” tegasnya.