Minggu, 02 Oktober 2022

Tragedi Kanjuruhan, Bukan Prestasi Tapi Duka Cita Sepak Bola Indonesia

Pada Tragedi Kanjuruhan, bukan prestasi yang diraih melainkan duka cita mendalam. Ini terjadi setelah tim tuan rumah Arme FC mengalami kekalahan 2-3 dari tim berjuluk Bajul Ijo, Persebaya Surbaya, di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022). Ini menjadi lembaran kelam baru dalam persepakbolaan di Indonesia, karena korban jiwa mencapai 127 orang dan 180 korban luka-luka yang dilarikan ke RS.

Mungkin soal, jumlah tragedi Kanjuruhan memang terbesar di Indonesia, tetapi sebenarnya dalam kompetisi sepak bola liga1 di Indonesia pasti ada korban. Terutama klub-klub besar seperti Persib versus Persija atau Arema FC melawan Persebaya. Arema dengan Aremania, Persib dengan The Vikingnya dan Macan Kemayoran serta The Bajul Ijo dari Persebaya.

Meski kalah dalam jumlah tetapi tragedi yang menimpa supporter bola pernah terjadi pula pada 2018 lalu. Waktu itu Minggu (23/9/2018), klub berjuluk Maung Bandung Persib kontra Macan Kemayoran Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Nahas bagi Harringga Sirila. Ia merenggang nyawa akibat dikeroyok supporter Bandung di area parker GBLA kala itu.

Begitu pula dengan kematian lain dua supporter Bobotoh diduga meninggal akibat karena kesulitan bernapas setelah kehabisan oksigen, saat berdesak-desakan masuk pintuk Stadion GBLA hendak menonton Persib Bandung versus Persebaya.

Data dari Save Our Soccer (SOS), tragedi yang menimpa dua suporter Persib di Stadion GBLA adalah ke-77 dan 78 dalam pertandingan di sepakbola Indonesia, terhitung sejak bergulirnya Liga Indonesia edisi pertama tahun 1994/1995. Menyimak data SOS ternyata tragedi Kanjuruhan memecah rekor korban jiwa mencapai 127 orang. Walau demikan ada kemungkinan korban bisa bertambah. Terutama jika mengalami luka parah atau pendarahan gegar otak akibat terinjak saat kisruh.

Mengutip BBC.com yang melaporkan bencana Hillsborough soal kecelakaan fatal yang menimpa manusia saat pertandingan sepak bola di Stadion Hillsborough di Sheffield, South Yorkshire Inggris ,15 April 1989. Korban ke 96 adalah Tony Bland meninggal setelah mengalami kerusakan otak parah akibat remuk.

“Setelah hampir empat tahun dalam keadaan vegetatif yang persisten, penyangga kehidupan dihilangkan setelah pertempuran hukum. Dia berusia 18 tahun pada saat tragedi itu tetapi 22 tahun ketika dia meninggal,”demikian menurut bbc.com

Bola.com melaporkan bahwa tragedi Kanjuruhan terjadi karena banyak korban yang berjatuhan, baik karena sesak napas maupun karena terinjak-injak. Setiap ruang hingga pintu keluar stadion, banyak korban yang tergeletak, dan beberapa di antaranya tidak lagi bernapas. Polda Jatim merilis, korban tragedi Stadion Kanjuruhan yang meninggal sampai Minggu (2/1/2022) mencapai 127 orang dan 180 orang mengalami luka-luka.

Para pengamat sepak bola menilai tragedi Kanjuruhan menjadi terbesar kedua dalam sejarah sepak bola di dunia setelah Hillsborugh maupun Hysel di Liga Inggris. Walau demikian ada pula tragedy terbesar lainnya di Lima, Peru pada 1964 dengan total 328 tewas di Estadion National Disaster.

Semua pihak tak menginginkan adanya korban jiwa baik jumlah besar maupun kecil karena percuma, itu bukan prestasi dalam sepak bola, melainkan duka mendalam bagi semua pihak terutama keluarga korban.

Tragedi Kanjuruhan juga menjadi pemberitaan media asing, The Guardian memberitakan dengan judul berita, “More than 120 people reportedly killed in riot at Indonesian football match.”

Sedangkan The New York Times tampil dengan news, “Riots at Indonesian Soccer Match Leave Several Fans Dead” Tak ketinggalan pula media Inggris, The Mirror dengan tegas menyebutkan, “Dozens of football fans killed in mass riot involving tear gas as league suspended.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar