![]() |
Google.com |
Angka kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kota Tasikmalayakembali meningkat setelah sempat landai selama dua hari. Pada Selasa,
(6/10/2020), terjadi penambah kasus baru sebanyak 31 kasus.
Dari kasus baru tersebut, paling banyak masih dari klaster
pesantren sebanyak 22 orang, pelaku perjalanan 3 orang, hasil tracking 4 orang,
seorang dari klaster pesantren baru, dan seorang lagi dari hasil swab.
"Hari ini kita temukan satu kasus baru dari klaster
pesantren berbeda. Kami langsung lakukan tracing terhadap 25 santri yang kontak
erat dengan pasien," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus
Supangat, Selasa (6/10/2020).
Klaster pesantren baru tersebut diduga dari transmisi lokal
yang masih berasal dari klaster pesantren yang jumlah pasien terkonfirmasi
positif Covid-19-nya terus bertambah.
Mengantisipasi penyebaran virus semakin meluas, kegiatan
belajar mengajar (KBM) di pesantren pun langsung dihentikan.
Ruang isolasi penuh
Uus berharap hasil tracing nanti tak terlalu banyak lantaran
minimnya lokasi penampungan isolasi dan perawatan bagi pasien positif.
"Kami sekarang sedang menjemput pasien-pasien dari
klaster pesantren yang bergejala ringan hingga berat ke Rumah Susun Sewa
(rusunawa) Unsil dan RSUD Dr. Soekardjo," ucap Uus
Sementara pasien yang bergejala berat langsung dievakuasi ke
Rumah Sakit Dr. Soekardjo dan rumah sakit swasta. Uus menambahkan, pasien yang
tidak bergejala mungkin akan isolasi mandiri dulu di pesantren karena ruangan
rusunawa sudah penuh.
"Tim kesehatan akan memantau dan mengawasi proses
isolasi mandiri di pesantren, untuk memastikan karantina benar-benar terlaksana
dengan baik," ujar Uus.
Sejauh ini Pemkot Tasikmalaya terus berupaya untuk mencari
tempat isolasi baru, salah satunya menyiapkan dua hotel untuk dijadikan rumah
sakit darurat.
Selain itu, dinas kesehatan pun langsung berkoordinasi
dengan gugus tugas agar bergerak lebih cepat dalam mengantisipasi transmisi
lokal ini tidak meluas ke pesantren lainnya.
Uus mengatakan, penanganan klaster dua pesantren ini perlu
kewaspadaan. Apabila tidak cepat dan tepat ditangani besar kemungkinan bisa
mempercepat penyebaran ke lokasi lain dan pasien positif akan semakin
bertambah.
"Jika terlambat dalam penanganan dua klaster ini,
dikhawatirkan tingkat resiko fatalitasnya akan lebih besar ," ujar Uus.
Petugas Gugus tugas penanggulangan Covid-19 melakukan
penyemprotan disinfektan di salah satu pesantren Tasikmalata guna meminimalisir
penyebaran Covid-19. (Ayotasik.com/Irpan Wahab Muslim)
Kekurangan relawan
medis
Kembali meningkatnya angka kasus terkonfirmasi positif
Covid-19 di Kota Tasikmalaya terutama dari klaster pesantren, membuat Pemkot
Tasikmalaya semakin kewalahan.
Ruang isolasi Rusunawa Unsil dan RSUD dr. Soekardjo yang
saat ini keterisiannya mencapai 95% hingga kekurangan anggaran sekitar Rp10 miliar
untuk penanganan, menjadi kendala bagi Kota Tasikmalaya dalam percepatan
penanganan covid-19.
Selain itu, dengan membludaknya pasien positif membuat para
tenaga kesehatan kewalahan.
"Kemarin kita sudah merekrut 35 relawan tenaga medis
dan kesehatan. Namun, jika sudah ada lokasi isolasi baru, mau tidak mau harus
merekrut kembali relawan," ucap Uus.
Uus menambahkan, skenario lain jika kasus baru klaster
pesantren terus bertambah, pihaknya akan memulangkan santri yang sehat ke orang
tuanya. Sementara yang positif menjalani karantina di pesantren dengan pengawasan
dari dinas kesehatan.
"Kalau yang sehat nanti kita skrining dan pulangkan
dari pesantren, dan yang bergejala ringan maupun tanpa gejala diisolasi di
pesantren dengan pengawasan tim medis," tegas Uus.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Selasa
(6/10/2020), tercatat sebanyak 258 kasus terkonfirmasi positif Covid-19. 179
orang menjalani perawatan, dan 9 orang meninggal dunia.
Sumber: ayobandung.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar