Seorang remaja berusia 15 tahun bernama Kesya Patricia Akwan
kini tengah duduk di bangku kelas satu di Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1
Manokwari. Saat teman-temannya aktif dalam pendidikan dan masuk ke sekolah.
Kesya malah meminta izin untuk berangkat ke Solo, Jawa Tengah. Kenapa? Karena
namanya berhasil masuk ke dalam daftar atlet yang dipanggil oleh National
Paralympic Committee Indonesia (NPCI) untuk mengikuti Puslantas.
Kesya merupakan atlet pemula berkebutuhan khusus yang baru
ditempa sekitar setahun lalu, dipersiapkan menghadapi Peparnas di Papua. Pekan
ini ia dipanggil mengikuti Latihan Nasional (Puslatnas) sejak 2 Januari hingga
23 Juli 2022, sebagai persiapan multievent Asean Para Games yang
diselenggarakan di Kota Solo tahun ini.
Ia dipanggil
melalui surat dengan Nomor
179.PMG.05/NPC-INA/2022 perihal panggilan atlet ke Puslatnas per tanggal 13 Mei
2022, yang ditujukan kepada Ketua NPCI Papua Barat, tembusan ke Gubernur dan
Kepala Dispora Papua Barat.
“Ia surat itu kami terima akhir pekan yang lalu, berbentuk
PDF, untuk pemanggilan atlet. Mewakili Papua Barat, saya dan teman Felix Silau
Mahuse yang juga dari Cabang Atletik,” katanya.
Mita Pengurus NPC Pusat membenarkan pemanggilan dua atlet
asal Papua Barat untuk bergabung di Puslatnas di Solo guna menghadapai Asean
Para Games.
“Ada dua atlet yang kami panggil yaitu Kesya dan Felix.
Mereka dalam perjalanan ke Solo,” kata kepada Jubi melalui pesan singkat
Whatsapp Minggu (30/5/2022).
Pelatih Felix Mahuse membenarkan surat undangan pemanggilan
atlet. Ia mengaku saat ini Felix belum berangkat ke Solo karena terbentur
anggaran.
“Benar kami sudah dapat surat dari Solo, tetapi saya
beberapa kali hubungi para pengurus NPCI Papua Barat untuk mengkonfirmasi
keberangkatan ke Puslatnas tetapi tidak ada yang respon. Saya hanya mau tanya
si atlet ini jadi diberangkatkan atau tidak,” ujar Kristianus Balagase, kepada
Jubi melalui sambungan telepon Minggu.
Menurutnya, pemberangkatan atlet ini merupakan tanggung
jawab Pemerintah Papua Barat, sedangkan saat ini atletnya berada di Merauke,
Provinsi Papua. “Pemanggilan atlet tapi kami terbentur anggaran, atlet hingga
saat ini masih di kampungnya di Merauke,” tuturnya.
Kesya akhirnya berangkat bersama seorang pendamping, Ruth
Helen Waropui melalui Bandara Rendani tujuan Surabaya sekira pukul 09.00 WP,
Sabtu (28/5/2022).
“Kita berangkat ke Surabaya nanti naik Travel dari Surabaya
ke Solo, saya didampingi Kakak Ruth” ucapnya.
Orang tua Kesya, Puji Astuti Olivia (48), adalah seorang ibu
tunggal yang merawat anak-anaknya sendirian. Ia harus memutar otak, memastikan
putrinya memenuhi panggilan ke Solo usai menerima surat pada Selasa,
(17/5/2022).
“Kami berusaha mencari pinjaman dan mendatangi beberapa
orang yang kami kenal, meminta bantuan, sebab pikir saya panggilan ke Solo ini
bukan mewakili daerah, tetapi anak Kesya menjadi bagian yang akan membawa nama
Negara Indonesia di ajang olahraga Asean Para Games,” tutur Astuti Olivia.
“Beberapa hari yang lalu kami datangi Penjabat Gubernur,
menyampaikan maksud ini, beliau sudah menjanjikan namun karena deadline waktu
yang diberikan oleh Pusat agar Kesya harus tiba sebelum hari Minggu,” tuturnya.
Olivia kemudian lega setelah mendapat bantuan dari beberapa
individu yang ia datangi selama kurun waktu satu pekan.
“Puji Tuhan, ada beberapa orang yang dengan baik hati
membantu setelah kita kumpulkan lalu kita beli dua tiket satu untuk Kesya dan
pendampingnya Ruth bersama bayinya ke Puslatnas,” ucapnya.
Kesya dipanggil dari Papua Barat untuk Pemusatan Latihan
jelang Asean Para Games bukan tanpa alasan. Prestasi yang ditorehkan saat di
ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) Papua saat itu, ia mampu
menyumbang satu emas di cabang atletik.
Papua Barat di ajang Peparnas berhasil mendulang 7 medali
emas 9 medali perak dan 8 medali perunggu. Bahkan dua atlet yang juga turut
diundang di Puslatnas.
“Dari 34 Provinsi kami (Papua Barat) ada di papan atas,”
ucap Ketua MPCI Papua Barat, Lewi Rubaba.
Felix Mahuse dalam ajang Peparnas Papua, berhasil memecahkan
Rekor meraih medali Emas Lempar Lembing, kemudian meraih Medali Perak di Nomor
Tolak Peluru.
Rubaba mengatakan setelah mendapat undangan bahwa tiga nama
atletnya diminta untuk mengikuti Pustlatnas di Solo. Pihaknya lalu berupaya
mengajukan anggaran ke Pemerintah Papua Barat.
“Saat undangan kami terima pada [17 Mei] kami lalu
mengajukan anggaran kebutuhan ke Pemerintah untuk keberangkatan para atlet ini,
tapi sampai saat ini belum ada jawaban dari Pemerintah,” tutur Rubaba.
Padahal anggaran yang diusulkan ke Pemerintah sekitar Rp110
Juta untuk keberangkatan tiga atlet dan tiga pendamping. “Tapi sampai saat ini
belum ada jawaban,” tuturnya.
Prestasi yang ditorehkan atlet berkebutuhan khusus di ajang
Peparnas terbilang membanggakan bagi Papua Barat. Sebelum menuju Papua para
atlet telah dijanjikan oleh Gubernur soal bonus yang akan mereka terima ketika
meraih prestasi.
“Waktu itu di bandara saat Gubernur melepas atlet Peparnas asal Papua Barat ke Papua, ia berjanji akan memberi bonus,” kata Rubaba.
Namun keringat para atlet di ajang Peparnas Papua telah kering,
hasil pun telah dicapai bahkan kini beberapa atlet telah dipanggil untuk
kepentingan Negara namun bonus yang dijanjikan pun belum kunjung diberikan.
“Hingga saat ini belum diberikan, tetapi yang saya dengar
Pemerintah mengusulkan anggaran untuk bonus atlet saat [anggaran] perubahan,”
katanya.
Senada dengan Rubaba, Kesya pun mengaku bahwa sejak kembali
dari Papua hingga ia menuju Puslatnas di Solo, bonus yang dijanjikan Pemerintah
bagi atlet peraih prestasi belum diterima.
“Saya belum terima Bonus yang dijanjikan,” ucapnya.