Selasa, 31 Mei 2022

Usai Melawan Covid-19, Dinas Pendidikan Biak Sudah Kembali Terapkan PTM 100 Persen

 

Setelah melalui pandemic Covid-19 yang berkepanjangan yang membuat sekolah berlakukan daring, akhirnya Dinas Pendidikan Kabupaten Biak Numfor, Papua sudah kembali menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen di sekolah. Ia mengakui meski PTM sudah 100 persen namun para siswa dan guru yang mengajar harus tetap menjaga protokol Kesehatan (prokes).

“Sekolah berbagai jenjang pendidikan sudah aktif pembelajaran siswa secara tatap muka atau PTM,” ungkap Plt Kepala Dinas Pendidikan Biak, Yoel Maryen, di Biak, Selasa (31/5/2022).

Dengan prokes yang diberlakukan di sekolah, menurut Yoel Maryen, seperti mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, serta melakukan kebersihan lingkungan diri dan sekolah sudah cukup.

“Dengan menjaga prokes kita mencegah penularan virus corona di lingkungan sekolah,” katanya.

Menyinggung tingkat kelulusan ujian siswa tahun ajaran 2021-2022, menurut Yoel Maryen, diharapkan mencapai tingkat kelulusan 100 persen.

“Kecuali siswa tidak lulus ujian sekolah karena tak ikut ujian atau telah menikah dan tidak melanjutkan sekolah,” ujarnya.

Pantauan di lapangan, Selasa, sejumlah siswa berbagai jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMK/SMA di Biak sedang mengikuti ujian kenaikan kelas di sekolah setempat.

AJI Jayapura 2022 Kini Resmi Dipimpin Pasangan Lucky Ireeuw dan Anang Budiono

 

Aliansi Jurnalis Independen atau biasa disebut dengan AJI Kota Jayapura periode 2022 akhirnya dipimpin oleh pasangan Lucky Ireeuw dan Anang Budiono. Lucky Ireeuw dan Anang Budiono terpilih menjadi Ketua dan Sekretaris AJI Jayapura dalam Konferensi AJI Kota Jayapura yang berlangsung di Jayapura, Sabtu (21/5/2022).

Dalam pemilihan pada Sabtu, pasangan Lucky Ireeuw dan Anang Budiono meraih 11 suara sah. Perolehan itu mengungguli kandidat lainnya, pasangan Musa Abubar dan Timotius Marthen yang meraih tujuh suara sah. Sejumlah satu suara menyatakan abstain.

Pengurus Nasional AJI Bidang Organisasi, Yoso Muliawan meminta para anggota AJI Jayapura terus berjuang tanpa henti memperjuangkan kebebasan pers di Papua. “Itu tantangan yang sangat berat. Oleh karena itu, kita semua harus konsisten memperjuangkan ini,” kata Yoso.

Menurut Yoso kebebasan pers di Papua memiliki tantangan yang berat, karena banyaknya kasus kekerasan terhadap jurnalis. Yoso menyatakan AJI Indonesia juga melihat ada isu profesionalisme jurnalis di Papua, karena budaya amplop yang masih marak.

Ia meminta para anggota AJI Jayapura mematuhi komitmennya untuk tidak menerima amplop dan imbalan dari narasumber. “Setidaknya, masalah itu diselesaikan dalam internal AJI dulu, baru kemudian ditularkan keluar AJI,” ujarnya.

Ketua terpilih AJI Kota Jayapura, Lucky Ireeuw menyampaikan terima kasih karena masih dipercayakan memimpin AJI Jayapura selama tiga tahun mendatang. Ireeuw menyatakan ia akan melakukan penataan organisasi, dan ingin mengaktifkan pengurus AJI Jayapura bidang perempuan, pendidikan, dan tenaga kerja.

Ia menyatakan kepengurusannya akan menjalankan visi misi AJI, yakni meningkatkan kemerdekaan pers, profesionalisme dan kesejahteraan jurnalis di Papua. Menurutnya, hal itu akan dicapai melalui berbagai pelatihan, dan menjalin kemitraan dengan berbagai lembaga yang selama ini mengawal advokasi bagi jurnalis.

“Periode lalu, kami sudah membentuk Perkumpulan Bantuan Hukum Pers Tanah Papua. Kali ini, kami akan lebih memperkuat, sebab banyak orang bilang Papua daerah konflik, kami harus benar-benar mengupayakan jaminan keselamatan jurnalis dalam bertugas,” tutupnya.

Yuk! Intip Kisah Kesya Si Atlet Peraih Emas Peparnas

Seorang remaja berusia 15 tahun bernama Kesya Patricia Akwan kini tengah duduk di bangku kelas satu di Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1 Manokwari. Saat teman-temannya aktif dalam pendidikan dan masuk ke sekolah. Kesya malah meminta izin untuk berangkat ke Solo, Jawa Tengah. Kenapa? Karena namanya berhasil masuk ke dalam daftar atlet yang dipanggil oleh National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) untuk mengikuti Puslantas.

Kesya merupakan atlet pemula berkebutuhan khusus yang baru ditempa sekitar setahun lalu, dipersiapkan menghadapi Peparnas di Papua. Pekan ini ia dipanggil mengikuti Latihan Nasional (Puslatnas) sejak 2 Januari hingga 23 Juli 2022, sebagai persiapan multievent Asean Para Games yang diselenggarakan di Kota Solo tahun ini.

Ia dipanggil
melalui surat dengan Nomor 179.PMG.05/NPC-INA/2022 perihal panggilan atlet ke Puslatnas per tanggal 13 Mei 2022, yang ditujukan kepada Ketua NPCI Papua Barat, tembusan ke Gubernur dan Kepala Dispora Papua Barat.

“Ia surat itu kami terima akhir pekan yang lalu, berbentuk PDF, untuk pemanggilan atlet. Mewakili Papua Barat, saya dan teman Felix Silau Mahuse yang juga dari Cabang Atletik,” katanya.

Mita Pengurus NPC Pusat membenarkan pemanggilan dua atlet asal Papua Barat untuk bergabung di Puslatnas di Solo guna menghadapai Asean Para Games.

“Ada dua atlet yang kami panggil yaitu Kesya dan Felix. Mereka dalam perjalanan ke Solo,” kata kepada Jubi melalui pesan singkat Whatsapp Minggu (30/5/2022).

Pelatih Felix Mahuse membenarkan surat undangan pemanggilan atlet. Ia mengaku saat ini Felix belum berangkat ke Solo karena terbentur anggaran.

“Benar kami sudah dapat surat dari Solo, tetapi saya beberapa kali hubungi para pengurus NPCI Papua Barat untuk mengkonfirmasi keberangkatan ke Puslatnas tetapi tidak ada yang respon. Saya hanya mau tanya si atlet ini jadi diberangkatkan atau tidak,” ujar Kristianus Balagase, kepada Jubi melalui sambungan telepon Minggu.

Menurutnya, pemberangkatan atlet ini merupakan tanggung jawab Pemerintah Papua Barat, sedangkan saat ini atletnya berada di Merauke, Provinsi Papua. “Pemanggilan atlet tapi kami terbentur anggaran, atlet hingga saat ini masih di kampungnya di Merauke,” tuturnya.

Kesya akhirnya berangkat bersama seorang pendamping, Ruth Helen Waropui melalui Bandara Rendani tujuan Surabaya sekira pukul 09.00 WP, Sabtu (28/5/2022).

“Kita berangkat ke Surabaya nanti naik Travel dari Surabaya ke Solo, saya didampingi Kakak Ruth” ucapnya.

Orang tua Kesya, Puji Astuti Olivia (48), adalah seorang ibu tunggal yang merawat anak-anaknya sendirian. Ia harus memutar otak, memastikan putrinya memenuhi panggilan ke Solo usai menerima surat pada Selasa, (17/5/2022).

“Kami berusaha mencari pinjaman dan mendatangi beberapa orang yang kami kenal, meminta bantuan, sebab pikir saya panggilan ke Solo ini bukan mewakili daerah, tetapi anak Kesya menjadi bagian yang akan membawa nama Negara Indonesia di ajang olahraga Asean Para Games,” tutur Astuti Olivia.

“Beberapa hari yang lalu kami datangi Penjabat Gubernur, menyampaikan maksud ini, beliau sudah menjanjikan namun karena deadline waktu yang diberikan oleh Pusat agar Kesya harus tiba sebelum hari Minggu,” tuturnya.

Olivia kemudian lega setelah mendapat bantuan dari beberapa individu yang ia datangi selama kurun waktu satu pekan.

“Puji Tuhan, ada beberapa orang yang dengan baik hati membantu setelah kita kumpulkan lalu kita beli dua tiket satu untuk Kesya dan pendampingnya Ruth bersama bayinya ke Puslatnas,” ucapnya.

Kesya dipanggil dari Papua Barat untuk Pemusatan Latihan jelang Asean Para Games bukan tanpa alasan. Prestasi yang ditorehkan saat di ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) Papua saat itu, ia mampu menyumbang satu emas di cabang atletik.

Papua Barat di ajang Peparnas berhasil mendulang 7 medali emas 9 medali perak dan 8 medali perunggu. Bahkan dua atlet yang juga turut diundang di Puslatnas.

“Dari 34 Provinsi kami (Papua Barat) ada di papan atas,” ucap Ketua MPCI Papua Barat, Lewi Rubaba.

Felix Mahuse dalam ajang Peparnas Papua, berhasil memecahkan Rekor meraih medali Emas Lempar Lembing, kemudian meraih Medali Perak di Nomor Tolak Peluru.

Rubaba mengatakan setelah mendapat undangan bahwa tiga nama atletnya diminta untuk mengikuti Pustlatnas di Solo. Pihaknya lalu berupaya mengajukan anggaran ke Pemerintah Papua Barat.

“Saat undangan kami terima pada [17 Mei] kami lalu mengajukan anggaran kebutuhan ke Pemerintah untuk keberangkatan para atlet ini, tapi sampai saat ini belum ada jawaban dari Pemerintah,” tutur Rubaba.

Padahal anggaran yang diusulkan ke Pemerintah sekitar Rp110 Juta untuk keberangkatan tiga atlet dan tiga pendamping. “Tapi sampai saat ini belum ada jawaban,” tuturnya.

Prestasi yang ditorehkan atlet berkebutuhan khusus di ajang Peparnas terbilang membanggakan bagi Papua Barat. Sebelum menuju Papua para atlet telah dijanjikan oleh Gubernur soal bonus yang akan mereka terima ketika meraih prestasi.

“Waktu itu di bandara saat Gubernur melepas atlet Peparnas asal Papua Barat ke Papua, ia berjanji akan memberi bonus,” kata Rubaba.

Namun keringat para atlet di ajang Peparnas Papua telah kering, hasil pun telah dicapai bahkan kini beberapa atlet telah dipanggil untuk kepentingan Negara namun bonus yang dijanjikan pun belum kunjung diberikan.

“Hingga saat ini belum diberikan, tetapi yang saya dengar Pemerintah mengusulkan anggaran untuk bonus atlet saat [anggaran] perubahan,” katanya.

Senada dengan Rubaba, Kesya pun mengaku bahwa sejak kembali dari Papua hingga ia menuju Puslatnas di Solo, bonus yang dijanjikan Pemerintah bagi atlet peraih prestasi belum diterima.

“Saya belum terima Bonus yang dijanjikan,” ucapnya.